Setelah bahan material tersebut disiapkan, pembersihan dasar lubang perlu dilakukan. Salah satunya, memastikan infrastruktur kelistrikan, saluran air, dan kabel telepon berada pada posisi yang aman. Kemudian, pelapisan dengan material pasir dan batu itu dapat dilakukan. Setiap 40 cm lapisan batu dan pasir, prosedur selanjutnya pemadatan. Pelapisan tersebut dapat didahului atau dibarengi pemasangan “steel sheet pile” atau dinding vertikal relatif tipis yang berfungsi menahan tanah dan masuknya air ke lubang galian.

“Itu dilakukan agar tanah dan pasir di sekitar lubang tidak runtuh,” katanya.

PT Nusa Konstruksi Enjiniring (NKE) Tbk. selaku kontraktor pembangunan “basement” RS Siloam mengakui sudah ada indikasi penurunan tanah sebelum sebagian Jalan Raya Gubeng ambles.

Dirut PT NKE Djoko Eko Supraswoto mengatakan pekerjaan sempat distop selama dua bulan karena ada penurunan tanah. NKE kemudian melakukan evaluasi hingga akhirnya berani mulai pekerjaan lagi setelah ada rekomendasi dari ahli bangunan dari ITS. Hanya saja, baru dua hari pekerjaan mulai sudah ada kejadian itu.

Indikasi adanya penurunan tanah tersebut diketahui saat bangunan kantor BPJS di sisi barat RS Siloam Hospital mengalami retak-retak.

Mendapati hal itu, Djoko mengaku khawatir dan memutuskan menghentikan pekerjaan sambil berkonsultasi terkait dengan kondisi tanah dengan ahli bangunan gedung dari ITS Surabaya Prof. Herman Wahyudi.