Jakarta, Aktual.com – Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan akrab disapa Zulhas, mengemukakan bahwa kenaikan harga gula baru-baru ini dapat diatributkan sebagian kepada situasi di India yang akan mengadakan Pemilu pada tahun 2024. Pernyataan tersebut mencerminkan kebijakan India yang menutup ekspor produk pangan, termasuk beras dan gula, sebagai upaya untuk mengendalikan inflasi di dalam negerinya.
“Di India ini pemilu bulan Mei, jadi semua produk-produknya termasuk beras, dia tidak boleh ekspor agar dalam negerinya tidak ada inflasi,” ujarnya di Pasar Johar Baru, Jakarta Pusat, Senin (4/12).
Zulhas menjelaskan bahwa penutupan ekspor oleh India berdampak pada harga gula di Indonesia, mengingat India adalah salah satu penyedia utama komoditas gula untuk Republik Indonesia.
“Ya kalau harga gula memang karena impor kan naik, bahkan di India itu dilarang, gula dan beras dilarang (di India) ya itu akan berpengaruh. Jadi kalau harga gula memang kita kan mendatangkan dari luar negeri,” katanya.
Kepala Badan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi sebelumnya menyatakan bahwa kenaikan harga gula konsumsi terjadi karena impor gula tahun ini mengalami penurunan. Meskipun biasanya kuota impor gula menjadi objek persaingan di antara importir, Arief menekankan bahwa harga gula internasional lebih ekonomis dibandingkan gula produksi lokal.
“Kalau dulu importasi menjadi rebutan, sekarang kalau dikasih kuota impor pada gak mau karena ada harga acuan yang membatasi,” ucap Arief, Jumat (1/12).
Arief mencatat bahwa kurangnya pencapaian impor juga dipengaruhi oleh kenyataan bahwa para importir yang telah diberikan kuota impor gula tidak melaksanakannya sebagaimana seharusnya. Mereka menyatakan alasan bahwa harga gula internasional saat ini sedang tinggi.
“Begitu importasi ini harganya lebih tinggi, maka perusahaan-perusahaan yang mendapatkan kuota impor itu banyak yang tidak merealisasikan impornya,” terangnya.
Arief menyatakan bahwa penurunan pencapaian impor merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan kenaikan harga gula belakangan ini.
“Ya apa lagi gak diimpor, kalau gak diimpor ya pasti lebih tinggi lagi harganya, iya dong? Kan supply and demand. Ya kira-kira (menyebabkan) harga naik gak? Naik kan,” tutupnya.
Berdasarkan informasi dari Panel Harga Pangan Badan Pangan Nasional, tidak ada indikasi bahwa harga gula konsumsi akan mengalami penurunan; sebaliknya, harga tersebut terus mengalami kenaikan.
Saat ini, harga gula konsumsi mencapai Rp 17.230 per kilogram, mengalami kenaikan sebesar Rp 100 per kilogram. Harga tersebut telah melampaui Harga Acuan Pembelian (HAP) pemerintah yang sebelumnya sebesar Rp 16.000 per kilogram.
Artikel ini ditulis oleh:
Yunita Wisikaningsih