Jakarta, Aktual.co — Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel, mengkhawatirkan kesiapan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir 2015 mendatang, dimana akan tercipta integrasi 10 negara Asia Tenggara dalam suatu kawasan ekonomi eksklusif.
“Banyak sekali yang belum mempunyai pemikiran sama, menurut saya kita belum siap. Ditambah, posisi pasar Indonesia, kita hanya dijadikan pasar karena kita belum mengelola secara baik,” kata Rachmat, di Jakarta, Senin (23/2).
Transaksi perdagangan dengan negara-negara anggota ASEAN, lanjut Rachmat, saat ini masih mengantongi defisit, hanya dengan Filipina saja Indonesia mampu mendapatkan surplus pada neraca perdagangan.
“Pertanyaannya, bagaimana kita bisa menghadapi MEA, belum lagi ditambah ASEAN-Tiongkok dan lainnya. Tinggal delapan bulan lagi kita memasuki MEA, jika kita tidak memikirkan sesuatu, bisa saja kita defisit dua kali lipat,” ujar Rachmat.
Menurut Rachmat, dengan kondisi demikian, bagaimana Indonesia bisa menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN yang akan mulai diberlakukan pada akhir 2015 mendatang. Namun, seharusnya Indonesia bisa memanfaatkan hal tersebut untuk membangun nilai tambah dari industri dalam negeri.
“Menghadapi MEA ini kita agak susah. Dan kekurangan kita, tidak mempersiapkan secara total. Kita tahu ada ancaman, namun kita tidak menyiapkan kemana arahnya,” ujar Rachmat.
Pada akhir tahun 2015 nanti, akan diberlakukan MEA dimana akan terjadi integrasi 10 negara Asia Tenggara dalam suatu kawasan ekonomi eksklusif yang menciptakan akses pasar antar negara yang lebih luas.
Pada 2012 lalu, pendapatan perkapita di kawasan tersebut meningkat dari 2.267 dolar AS menjadi 3.759 dolar AS. Selain itu juga ada peningkatan investasi dari investor asing (FDI) dari 92 miliar dolar AS menjadi 114 miliar dolar AS pada tahun 2011.
ASEAN beranggota 10 negara. Populasi ASEAN pada 2012 mencapai 617,68 juta jiwa dengan pendapatan domestik bruto kurang lebih sebanyak 2,1 triliun dolar AS.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka

















