Bekasi, Aktual.com – Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, menilai penutupan sejumlah toko ritel bukan dipengaruhi melemahnya daya beli masyarakat, melainkan perubahan perilaku belanja yang memprioritaskan pada waktu santai “leisure time”.

“Perubahan perilaku belanja dalam kegiatannya berubah total. Kelompok milenial sekarang spending yang diprioritaskan bukan lagi beli barang-barang tetapi mereka simpan untuk ‘leisure’, untuk ‘hang out’ di F&B,” kata Menteri Enggar usai menghadiri pemberian bantuan modal di Indogrosir, Bekasi, Rabu (1/11).

Enggar menjelaskan fenomena “nongkrong” terlihat di sejumlah supermarket besar yang menyediakan meja dan kursi untuk makan dan cukup ramai didatangi masyarakat.

Namun, ia tidak menampik bahwa masyarakat menengah ke bawah akan lebih memilih belanja lewat internet “online shopping” karena lebih efisien dari segi waktu dan tenaga.

“Daripada kena macet pergi ke Ramayana dan Matahari, milih-milih di rak sudah capek dan tidak mau. Kalau model generasi muda juga pasti tidak mau,” ungkapnya.

Senada dengan itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) Roy Mandey juga berpendapat bahwa pesatnya penggunaan sosial media membuat masyarakat lebih memprioritaskan pendapatan untuk “kongkow” dan kopi darat di tempat makan.

Menurut dia, pameran wisata “travel fair” juga akan lebih ramai karena masyarakat lebih senang menyimpan uang untuk bepergian. Hal tersebut terlihat dari laporan dana pihak ketiga (DPK) Bank Indonesia yang meningkat sekitar dua sampai tiga persen.

“Mereka menabung, menyimpan uang kemudian suatu saat mereka keluarkan untuk traveling atau kuliner,” kata Roy.

Ia menambahkan beberapa anggota APRINDO sudah mulai merestrukturisasi format bisnis dari toko fisik menjadi “omni channel” yang menyediakan akses belanja online.

Selain itu, peritel juga akan mengubah model toko dari penjualan barang-barang umum menjadi lebih spesifik.

“Peritel mulai merestrukturisasi tokonya tidak pada general sekali tapi lebih ke ‘spesific store’. Ini kelihatannya akan berkembang, tapi tidak sekaligus karena perlu investasi dan keputusan stakeholder,” kata Roy.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: