Jakarta, Aktual.co — Pemerintah merevisi target ekspor Indonesia 2014 sebesar USD5,7 miliar dari sebelumnya ditargetkan sebesar USD190 miliar, menjadi USD184,3 miliar atau hanya mengalami kenaikan 0,9 persen dari kinerja ekspor tahun 2013.
“Untuk tahun 2014, Kementerian Perdagangan mengkoreksi target ekspor Indonesia dari sebelumnya USD190 miliar menjadi USD184,3 miliar,” kata Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (17/10).
Lutfi mengatakan, jika dibandingkan dengan kinerja ekspor pada 2013 lalu yang tercatat sebesar 182,6 miliar dolar AS, sesungguhnya pertumbuhan ekspor ditargetkan sebesar 4,1 persen, namun, dengan adanya koreksi tersebut maka pertumbuhan hanya menjadi sebesar 0,9 persen.
Menurut Lutfi, koreksi target ekspor tersebut lebih disebabkan turunnya harga komoditas utama ekspor Indonesia dikarenakan masih belum pulihnya perekonomian dunia, dan menekan harga komoditas unggulan Indonesia.
“Seperti kita ketahui, perekonomian dunia dikoreksi, dari sebelumnya diprediksi sebesar 4,7 persen menjadi 3,1 persen, dan hal tersebut diikuti pula dengan banyaknya komoditas Indonesia yang tergantung dengan pasar dunia,” tutur Lutfi.
Lutfi menjelaskan, seperti harga Crude Palm Oil (CPO) telah mengalami penurunan harga sebesar 21,7 persen dari 928 dolar AS per metrik ton menjadi 726 dolar AS per metrik ton, batu bara turun 15,4 persen dari 78,6 dolar AS/MT menjadi 66,4 dolar AS/MT.
Selain itu, karet juga mengalami penurunan yang cukup tajam mencapai 28,79 persen, dari sebelumnya 2.230 dolar AS/ton menjadi 1.588 dolar AS/ton, tembaga turun enam persen dari sebelumnya 7.291 dolar AS/MT menjadi 6.782 dolar AS/MT, dan bijih besi yang turun lebih dari 35 persen dari 128 dolar AS/MT menjadi 82 dolar AS/MT.
“Kendati banyak penurunan yang drastis tersebut, kita melihat pertumbuhan ekonomi di negara tujuan ekspor seperti Tiongkok, India, Inggris, Amerika Serikat dan Taiwan masih menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik,” ucap Lutfi.
Menurut Lutfi, pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang sebelumnya diprediksi 7,4 persen, naik menjadi 7,5 persen, sementara India dari 4,6 persen menjadi 5,7 persen, Taiwan dari 3,1 persen menjadi 3,7 persen, dan Amerika Serikat dari 1,9 persen menjadi 2,5 persen.
“Kita harus mengkoreksi, tapi kita masih melihat bahwa geliat pertumbuhan ekonomi dunia, terutama negara-negara tujuan ekspor masih terlihat positif walaupun ada juga yang mengalami penurunan seperti Singapura,” ujar Lutfi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, secara kumulatif, kinerja ekspor Indonesia untuk periode Januari-Agustus 2014 mencapai 117,42 miliar dolar AS atau menurun 1,52 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2013 lalu.
Sementara impor, untuk periode yang sama, tercatat mencapai 118,83 miliar dolar AS atau mengalami penurunan sebesar 4,82 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2013 lalu.
Dengan demikian, defisit neraca perdagangan Indonesia untuk Januari-Agustus 2014 mencapai 1,41 miliar dolar AS kendati neraca perdagangan non-migas mampu mengantongi surplus sebesar 7,18 miliar dolar AS, namun harus tertekan dengan defisit neraca perdagangan migas sebesar 8,59 miliar dolar AS.
Artikel ini ditulis oleh:
Editor: Eka