Jakarta, Aktual.com – Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar mendorong pemerintah desa untuk adaptif terhadap perubahan kebijakan dan tatanan kebudayaan baru yang diupayakan untuk memulihkan perekonomian dan mengendalikan penyebaran pandemi COVID-19.

“Saya yakin bahwa di balik keriwehan negara mengurusi problem ini, masyarakat desa memiliki model dan modul yang khas yang berasal dari cara mereka menghadapi persoalan,” kata Mendes dalam sambutan Kongres Kebudayaan Desa melalui webinar dari Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan bahwa pandemi COVID-19 telah mendekonstruksi tatanan kebudayaan manusia. “Tidak hanya kebudayaan, tetapi juga ekonomi, sosial dan politik pun terjadi dekonstruksi,” katanya.

Pandemi juga, katanya, telah mendorong pemanfaatan produk kebudayaan baru, bernama teknologi informatika.

Di tengah pembatasan dan protokol kesehatan untuk membatasi penyebaran wabah, masyarakat menjadi semakin mengurangi kegiatan berkumpul, bersalaman dan bersenda gurau, sebaliknya semakin sering memanfaatkan teknologi informatika untuk dapat menjalin komunikasi tersebut.

“Saya dipertemukan (dengan Anda) tidak seperti biasanya, bersalaman, cipika cipiki, bersenda gurau. Hari ini kita tidak melakukan itu dan sudah beberapa bulan tidak melakukan itu,” katanya.

Kondisi tersebut, membuat pemerintah sadar bahwa pemandangan dan paradigma baru tersebut merupakan ujian sekaligus hikmah di balik pandemi COVID-19.

Kondisi tersebut juga mendorong pemerintah untuk mengambil langkah strategis melalui kebijakan tatanan kebiasaan baru untuk memulihkan perekonomian dan kegiatan masyarakat, termasuk juga masyarakat di desa.

“Karena semua itu sebenarnya bukan budaya asli kita. Kita ingin kembali ke budaya asli kita,” katanya.

Untuk itu ia berharap melalui Kongres Kebudayaan Desa, pemerintah desa dapat mereformulasi dan meredesain model kebijakan yang adaptif terhadap tatanan kehidupan baru di desa.

Ia juga berharap masyarakat desa juga dapat menemukan paradigma dan solusi baru terhadap permasalahan yang muncul akibat pandemi COVID-19, tetapi tetap mampu melestarikan budaya asli yang telah ada di setiap desa.(Antara)