Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengusulkan moratorium ujian nasional (UN) pada 2017. (ilustrasi/aktual.com)
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengusulkan moratorium ujian nasional (UN) pada 2017. (ilustrasi/aktual.com)

Depok, Aktual.com – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) menjadi pelengkap dari Ujian Nasional (UN).

“USBN menjadi pelengkap dari UN, karena mengembalikan hak guru sebagai perencana, pelaksana dan pengevaluasi,” ujar Mendikbud usai Rembuk Nasional Pendidikan Nasional Pendidikan (RNPK) 2018 di Sawangan Depok, Jawa Barat, Kamis (8/2).

Sebelum adanya USBN, lanjut dia, guru tidak dilibatkan dalam pembuatan soal UN. Semua soal berasal dari pusat. Namun sejak USBN diselenggarakan mulai 2017, guru mulai terlibat dalam pembuatan soal.

Guru mata pelajaran yang tak di UN pun, kata dia, kurang mendapat penghargaan dari murid.

Muhadjir mengatakan UN merupakan cermin untuk melihat wajah pendidikan di Tanah Air. Sampai saat ini, belum dilakukan moratorium UN dan dilakukan improvisasi melalui USBN.

“Titik tekan dari USBN adalah pembinaan guru, agar guru bisa menguasai delapan standar pendidikan itu.” Delapan standar pendidikan tersebut yakni standar isi, standar kelulusan, standar proses, standar penilaian, standar sarana dan prasarana, standar pembiayaan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, dan standar pengelolaan pendidikan.

USBN juga berkaitan dengan proses kalibrasi atau peningkatan kemampuan guru yang mengacu pada standar nasional.

“Guru harus terus melakukan kalibrasi, agar memiliki pengetahuan dan kecakapan yang sesuai dengan standar nasional.” Guru juga harus bisa membuat materi soal yang berhubungan dengan 4C yakni kreativitas, berpikir kritis, komunikasi, dan kolaborasi.

“Sekarang untuk UN, soalnya baru level tiga yakni menghafal, mereplikasi dan mengaplikasikan. Implikasinya adalah latihan, mencoba dan ‘error’, tidak sampai pada berpikir kritis. Ke depan kemampuan siswa akan terevaluasi di UN itu.” Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud, Totok Suprayitno, mengatakan pada tahun ini 10 persen soal Ujian Nasional (UN) Matematika berbentuk isian.

Totok menjelaskan isian berbeda dengan esai. Isian hanya berisi jawabannya saja, sementara esai berisi mengenai penjabaran beserta jawaban.

“Jadi, misalnya, empat ditambah satu sama dengan lima. Maka jawabannya lima, angka itu diisikan ke dalam komputer UN.” Menurut Totok, komputer belum bisa membaca jawaban jika soalnya esai. Sejauh ini pelaksanaan UN 2018 tidak berbeda dengan UN 2017.

Pada tahun ini, UN diikuti sekitar delapan juta siswa setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

UN untuk tingkat SMK akan diselenggarakan pada 2 April hingga 5 April. Kemudian SMA/MA pada 9 hingga 12 April dan UN susulan SMK/SMA/MA pada 17 April hingga 18 April.

Sementara untuk SMP/MTs, UN akan diselenggarakan pada 23 hingga 26 April dan UN susulan untuk SMP/MTs pada 8 hingga 9 Mei.

ANT

Artikel ini ditulis oleh:

Antara