Masih kata Dayang, melangkah menuju sebagai 50 Top Dunia ia harus menyingkirkan 20.000 guru di dunia yang bersaing melalui via online yang disampaikan kepada penyelenggara event tersebut. Berbekal landasan yang kuat dan berusaha menjadi guru yang paripurna serta menjadi guru yang mendidik dengan hati, yang pada akhirnya ia mewakili Indonesia ajang Internasional Global Teacher Prize atau GTP di Dubai itu.
“Seperti yang saya bilang tadi, harus mampu menginpirasi murid, sehingga melahirkan siswa-siswa yang berhasil, baik ditingkat lokal maupun provinsi dan nasional. Itu pulalah yang menjadi rekam jejak kita yang dilaporkan ke Global Teacher Prize. Itulah latar belakang kita mendedikasikan seorang yang bisa menyentuh diberbagai aspek di dunia pendidikan. Nah sampai akhirnya bekal itu saya mengikuti Global Teacher Prize.”
Keberhasilan yang ia peroleh itu, katanya berkat dukungan keluarga yang kuat. Bahkan, sebagai guru yang berprestasi ketika dalam keluarga juga tidak lupa dengan suami dan anak. Begitu juga seorang suami tidak lupa dengan istri. Artinya, mampu memberikan pelayanan yang baik kepada keluarga apa pun yang diminta. Selain itu, sebagai abdi masyarakat, maka seorang guru berprestasi harus mampu terjun di masyarakat dengan cara berbagi ilmu. Walaupun bukan dengan materi.
“Karena, pertanyaan para juri tidak lepas dari bagaimana peran seorang ibu terhadap keluarga selain memiliki kompetensi. Artinya, guru dituntut tidak lupa bagaimana sebagai ibu rumah tangga, begitu juga seorang guru laki-laki bagaimana peran dia sebagai kepala keluarga dalam rumah tangganya.”
Nah setelah dalam banyaknya aplikasi itu, katanya, peserta diminta dewan juri untuk menjawab 10 pertanyaan yang luar biasa, terkait posisi strategis yakni, guru, ibu dan abdi masyarakat. “Ketika juri bertanya siapa dirimu, lalu kita mau jawab apa? Itu pertanyaan simple, tapi benar-benar punya makna yang tersirat didalamnya. Yang kemudian kita kenalkan diri kita seperti itu, karena kita sudah menjawabnya dengan benar dan ikhlas, maka dengan mudah menjawabnya. Tapi kalau kita menjawab dengan berdasarkan teori, maka sudah dipastikan tidak akan lolos di Global Teacher, karena mereka membutuhkan live journey. Kalau kita bicara matematika, maka inilah matematika kehidupan sesungguhnya. Tidak pernah terukur dengan angka, tapi dia terukur karena dedikasi yang nyata.”
Artikel ini ditulis oleh:
Wisnu