Jakarta, Aktual.com – Terdapat sebuah hadits yang periwayatannya masih dilakukan hingga saat ini. Beberapa ulama masih membe rikan sanad hadits kepada murid-muridnya. Sebagai contoh yaitu Syekh Yasin bin Isa al-Fadani, meriwayatkan hadits musasal kepada muridnya.

Dalam tradisi ilmu hadits, hadits musalsal yaitu jika diartikan secara bahasa bermakna berturut-turut adapun secara istilah ilmu hadits yaitu hadits yang diriwayatkan para perawi secara berurutan dalam keadaan yang sama, waktu yang sama dan situasi yang sama, baik secara perbuatan maupun perkataan.

Dari istilah di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa hadits musalsal itu memiliki beberapa macam. Adapun Dr. Lukman al-Hakim dalam kitabnya Bulughul Umniyah menerangkan bahwa ada delapan macam hadits musalsal yaitu:

Pertama, Musalsal al-Qouliyah

عَنْ مُعَاذٍ قَالَ: لَقِيَنِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا مُعَاذُ إِنِّي لَأُحِبُّكَ “. فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، وَأَنَا وَاللهِ أُحِبُّكَ. قَالَ: فَإِنِّي أُوصِيكَ بِكَلِمَاتٍ تَقُولُهُنَّ فِي كُلِّ صَلَاةٍ: اللهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

“Diriwayatkan dari Muadz bin Jabal: Aku berjumpa Rasulullah SAW, beliau berkata: ‘Wahai Mu’adz, sungguh aku mencintaimu (sebagai sahabat).’ Kemudian aku menjawab, ‘Begitupun aku wahai Rasulullah.’ Kemudian Nabi bersabda, ‘Sungguh, aku mewasiatkanmu dengan doa yang hendaknya kamu baca ketika usai shalat: Allahumma a’innî ‘alâ dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibâdatik’.”

Para Perawi hadits diatas semuanya mengawali haditsnya dengan ucapan “Sungguh aku mencintaimu.”

Kedua, Musalsal al-Fi’liyah

حديث ابي هريرة قال: شبك بيدي ابو القاسم صلي الله عليه وسلام وقال: خلق الله الارض يوم السبت

“Hadis Abu Hurairah dia berkata: Abu Al-Qasim (Nabi SAW) memasukkan jari-jari tangannya kepada jari-jari tanganku (jari jemari) bersabda: “Allah menciptakan bumi pada hari Sabtu.”

Hadits diatas selalu diawali dengan perawi memasukkan jari-jarinya ke tangan gurunya.

Ketiga, Musalsal al-Qouliyah dan al-Fi’liyah

حديث انس بن مالك رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلي الله عليه وسلام: لايجد العبد حلاوة الايمان حتي يؤمن بالقدر خيره وشره, حلوه ومره, وقبض رسول الله صلي الله عليه وسلام علي لحيته وقال أمنت بالقدر خيره وشره, حلوه ومره

“Hadis Anas bin Malik RA Berkata: Rasulallah SAW bersabda: Seorang hamba tidak mendapatkan manisnya iman sehingga beriman kepada ketentusn Allah (Qadar) baik dan buruk, manis dan pahitnya.” Rasulullah sambil memegang jenggot bersabda: “Aku beriman pada ketentuan Allah (qadar) baik dan buruk, manis dan pahitnya.”

Hadits di atas diriwayatkan dengan ucapan dan perbuatan perawi yang sama yaitu setiap perawi meriwayatkan hadits dibarengi dengan memegang jenggotnya.

Keempat, Musalsal bi shifat al-Qouliyah

أن الصحابة سالوا الرسول الله صلي الله عليه وسلام عن أحب الاعمال الي الله عزوجل ليعملوه فقرأ عليهم سورة الصف

“Bahwasannya sahabat bertanya kepada Rasulallah SAW tentang amal yang disukai Allah SWT agar diamalkan, maka Nabi membacakan mereka Surah Shaff.”

Hadits musalsal ini hampir menyerupai dengan hadits musalsal al-Qouliyah. Adapun perawi pada hadits ini ketika meriwayatkan kepada muridnya-muridnya disertai dengan membaca surat ash-shaff.

Kelima, Musalsal bi shifat al-Fi’liyah

حديث ابن عمر مرفوعا: البيعان بالخيار

“Hadis Ibnu Umar secara marfû’: Penjual dan pembeli boleh mengadakan khiyâr (memilih jadi atau tidak).

Hadits di atas diriwayatkan oleh para perawi yang ahli dalam ilmu fiqih. Ada juga hadits musalsal yang diriwayatkan oleh perawi ahli nahwu dan sebagainya.

Keenam, Musalsal bi shifat ar-riwayah (musalsal dalam sifat periwayatan)

Dalam musalsal ini terbagi menjadi 3 bentuk ungkapan penyampaian periwayatan hadits, yaitu semua perawi meriwayatkan hadits dengan mendengar, memberitakan atau mengabarkan.

Ketujuh, Musalsal bi zaman ar-riwayah

حديث ابن عباس قال: شهدت رسول الله صلي الله عليه وسلام في يوم عيدالفطراوأضحي, فلما فرغ من الصلاة اقبل علينا بوجهه, فقال: أيهاالناس قدأصبحتم خيرا

Hadis Ibnu Abbas berkata: “Aku menyasikan Rasulallah SAW pada hari raya Idul Fitri atau Idul Adha, setelah beliau selesai shalat menghadap kita dengan wajahnya kemudian bersabda: “Wahai manusia kalian telah memperoleh kebaikan…”

Hadits di atas diriwayatkan pada waktu yang sama yaitu saat idul fitri.

Kedelapan, Musalsal bi makan ar-riwayah

سمعت رسول الله صلي الله عليه وسلام يقول: الملتزم موضع يستجاب فيه الدعاء, وما دعا الله فيه عبد دعوة الا استجاب له قال ابن عباس: فوالله ما دعوت الله عزوجل فيه قط منذ سمعت هذا الحديث الا استجاب لي

“Aku mendengar Rasulallah SAW bersabda: “Multazam adalah suatu tempat yang diperkenankan doa padanya. Tidak seorang hamba yang berdoa padanya melainkan dikabulkannya.” Ibnu Abbas berkata: Demi Allah, aku tidak berdoa pada Allah padanya sama sekali sejak mendengar hadis ini melainkan Allah memperkenan doaku.

Para perawi meriwayatkan hadits di tempat yang sama. Contoh di atas perawi meriwayatkan hadits seluruhnya di Multazam. Adapun jika perawi meriwayatkan hadits tersebut bukan di Multazam. Maka, Musalsal hadits ini tidak memenuhi syarat.

Waallahu a’lam

(Rizky Zulkarnain)

Artikel ini ditulis oleh:

Arie Saputra