Jakarta, Aktual.com – Dari berbagai toriqoh atau jalan untuk dapat menganal Allah , thoriqoh Syadziliah mempunyai karakteristik dan cara tersendiri. Menurut muassis-nya (pendirinya), Imam Asy-Syadzili, jalan tasawuf itu bukanlah jalan kerahiban, menyendiri di goa, meninggalkan tanggung jawab sosial, tampak miskin menderita, memakan makanan sisa, pakaian compang-camping dan sebagainya. Tetapi, jalan sufi adalah jalan kesabaran dan keyakinan dalam petunjuk Ilahi.
Allah SWT berfirman:
“Dan, Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar (dalam menegakkan kebenaran) dan mereka meyakini ayat-ayat Kami. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang memberikan keputusan di antara mereka pada hari Kiamat tentang apa yang selalu mereka perselisihkan padanya“. (QS As-Sajadah [32]: 24-25)
Imam Asy-Syadzili mengatakan, “Pelabuhan (tasawuf) ini sungguh mulia, padanya lima perkara, yakni: sabar, takwa, wara, yakin dan makrifat. Sabar jika ia disakiti, takwa dengan tidak menyakiti, bersikap wara terhadap yang keluar masuk dari sini beliau menunjuk ke mulutnyadan pada hatinya, bahwa tidak menerbos masuk ke dalamnya selain apa yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, serta keyakinan terhadap rezeki (yang diberikan Allah) dan bermakrifat terhadap Al-Haqq, yang tidak akan hina seseorang bersamanya, kepada siapa pun dari makhluk.
Sidi Ahmad Dzaarruq menjabarkan lagi dari perkara ini menjadi 5 pondasi:
1. Bertaqwa kepada Allah SWT dalam keadaan sepi maupun ramai.
2. Mengikuti sunnah dalam perkataan dan perbuatan.
3. Berpaling dari mahluk, tidak peduli mereka menerima atau meninggalkan.
4. Ridha atas pemberian Allah SWT, menerima yang sedikit maupun yang banyak.
5. Senantiasa mengembalikan urusan kepada Allah SWT dalam keadaan susah maupun bahagia.
Allah SWT berfirman;
“Bersabarlah (Hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah engkau bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah engkau bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan“. (QS An-Nahl [16]: 127-128)
Orang yang berakal adalah orang yang mengenal Allah, apa-apa yang Dia kehendaki atasnya dan apa yang berasal darinya secara syariat. Dan, hal yang Allah inginkan dari seorang hamba adalah empat perkara: adakalanya berupa nikmat atau cobaan, ketaatan atau kemaksiatan.
Jika kau berada dalam kenikmatan, maka Allah menuntutmu untuk bersyukur secara syariat. Jika Allah menghendaki cobaan bagimu, maka Dia menuntutmu untuk bersabar secara syariat.
Beliau juga berkata barang siapa yang mengarahkanmu kepada dunia maka ia telah menipumu, barang siapa yang mengarahkanmu kepada amal maka ia akan membuatmu letih, barang siapa mengarahkanmu kepada Allah maka sungguh ia telah menasehatimu.
Wallahu Mustaan
(Ahmad Himawan)
Artikel ini ditulis oleh:
A. Hilmi