Ilustrasi-Abdurrahman bin Auf

Jakarta, Aktual.com– Telah banyak kita kenal ulama-ulama nusantara yang menjadi poros dalam keilmuan di Indonesia bahkan dunia. Seperti contoh Syekh Yasin al-Fadani, ulama kelahiran Padang, Sumatra Barat yang menjadi rujukan dalam ilmu sanad.

Selain Syekh Yasin al-Fadani, ada sosok ulama yang tak kalah hebatnya dalam keilmuan Islam yaitu Syekh Ahmad Dahlan Al-Pacitani. Nama lengkap beliau adalah Syekh Ahmad Dahlan bin Syekh Abdullah bin H. Abdul Mannan. Beliau berasal dari Dipomenggolo, Pacet, Jawa Timur. Beliau seorang ulama bermazhab Syafi’I yang ahli falak serta ahli fiqih.

Dilahirkan di daerah Tremas, Pacitan, Jawa Timur pada tahun 1279 H/1861 M. Ayah beliau, Abdullah bin H. Abdul Mannan adalah seorang pendiri pesantren Tremas yang terkenal di Pacitan, Jawa Timur.

Sejak kecil, beliau telah belajar dasar-dasar ilmu syariat di Pesantren Tremas, Pacitan, Jawa Timur. Setelah itu, beliau lalu hijrah ke Semarang. Di sana, beliau berguru kepada Syekh Shalih bin Umar Al-Samarani atau biasa dikenal dengan sebutan “Kiai Sholeh Darat”.

Beliau mengkaji banyak kitab-kitab besar dengan Kiai Sholeh Darat. Kemudian perjalanan ilmiahnya dilanjutkan  menuju Makkah al-Mukarramah dan Madinah al-Munawwarah. Beliau belajar ilmu-ilmu agama Islam dengan ulama-ulama Hijaz. Di sana, beliau juga sempat bertemu dengan saudara kandungnya Syekh Muhammad Mahfudz at-Turmusi.

Setelah dirasa cukup, pengembaraan ilmu untuk yang ketiga kalinya, beliau pergi ke Kairo, Mesir. Di sanalah beliau belajar ilmu falak dari seorang pakar falak kenamaan bernama Syekh Jamil Jambek dan Syekh Ahmad Thohir Jalaluddin al-Azhari.

Setelah dirasa cukup, Syekh Ahmad Dahlan lalu memutuskan untuk pulang ke tanah air, Jawa. Beliau lalu dinikahkan oleh gurunya, Kiai Sholeh Darat, dengan putrinya yang bernama Siti Zuhroh. Dari pernikahan itu, beliau dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Raden Rahmat. Putranya ini meninggal ketika masih usia anak-anak. Selanjutnya gurunya ini menikahkan Syekh Ahmad Dahlan dengan putrinya lagi bernama Ummi Kultsum, dan akhirnya dikaruniai seorang anak laki-laki lagi bernama Ahmad al-Hadi.

Banyak sekali karya-karya ilmiah yang beliau karang semasa hidupnya yaitu:

  1. Natijatul Miqat, Kitab yang membahas tentang ilmu falak;
  2. Tadzkiratul Ikhwan, kitab yang membahas tentang ilmu      hisab;
  3. Bulughul Wathar;
  4. Fathul Majid fi Bayani al-Taqlid, kitab yang menerangkan tentang bertaqlid;
  5. Nuzahtul Afham Fima Yu’tara al-Dukhan minal ahkam, kitab yang membahas secara khusus seputar rokok.

Setelah Syekh Sholeh bin Umar al-Samarani wafat, tak lama kemudian, pesantren “Darat” di Semarang kepemimpinannya diambil alih oleh Syekh Ahmad Dahlan al-Pacitani. Beliau mengasuh pesantren ini sekitar 8 tahun. Tak lama kemudian, beliau wafat pada hari Ahad, tanggal 7 Syawwal 1329 atau bertepatan dengan tahun 1911 M. beliau wafat dalam usia 50 tahun. Beliau dimakamkan di Semarang, Jawa Tengah, di samping makam gurunya, Syekh Sholeh bin Umar al-Samarani.

Dikutip dari buku Kitab Pegangan Bertaklid

(Rizku Zulkarnain)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arie Saputra