Ilustrasi Perang Karbala

Jakarta, aktual.com – 10 Muharram merupakan hari di mana banyak peristiwa-peristiwa menggembirakan, seperti diterimanya taubat Nabi Adam As, Selamatnya Nabi Nuh As dari peristiwa banjir, Selamatnya Nabi Musa As dari kejaran Fir’aun dan tentaranya, Disembuhkannya Nabi Ayyub As dari sakitnya, Nabi Isa As dilahirkan dan diangkat ke Langit, dan berbagai macam peristiwa lainnya.

Akan tetapi dibalik peristiwa-peristiwa tersebut, terdapat peristiwa yang sangat memilukan bagi Umat Islam di Dunia, yaitu terbunuhnya Sayyidina Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu kesayangan Nabi Muhammad Saw di Karbala, Irak, tahun 680 M.

Suatu ketika, Sayyidina Husein diundang oleh warga Kufah, Irak yang berjanji akan mendeklarasikan dirinya sebagai pemimpin Umat Islam menggantikan kakaknya, Sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib yang telah wafat mendahuluinya. Akan tetapi, beberapa sahabat berusaha untuk menghentikan usaha Sayyidina Husein tersebut, karena menurut mereka tidak semua orang Kufah memiliki kejujuran. Sahabat Abdullah ibn Zubair berkata kepadanya,

أين تذهب؟! تذهب إلى قوم قتلوا أباك وطعنوا أخاك. لا تذهب

“Mau kemanakah kamu, Husein? Apakah kamu mau pergi ke kaum yang mereka membunuh ayahmu dan menikam saudaramu!. Urungkanlah niatmu untuk pergi kesana,” pintanya.

Tetapi Sayyidina Husein mengabaikan ucapan Abdullah ibn Zubair tersebut, ia percaya kepada warga Kufah yang akan berbaiat kepada dirinya sebagai pemimpin Umat Islam.

Ia berangkat dengan keluarga dan pengikut-pengikutnya, diperkirakan terdiri dari 72 anggota keluarga dan kurang dari 100 orang pengikutnya. Sedangkan di Karbala, Yazid ibn Mu’awiyah telah menunggu kedatangan Sayyidina Husein dengan membawa pasukan besar, kurang lebih 3000 tentara dengan dipimpin seorang Panglima, Ubaidillah ibn Ziyad.

Ketika mereka bertemu di Karbala, Ubaidillah ibn Ziyad memberikan tawaran kepada Sayyidina Husein untuk tunduk, patuh dan mengakui kepemimpinan Yazid ibn Mu’awiyah sebagai pemimpin Umat Islam. Mendengar hal itu, Sayyidina Husein menolak dan tidak mengakui kekuasaan Yazid ibn Mu’awiyah, karena dia dan ayahnya, Mu’awiyah bin Abi Sufyan telah merampas hak kekuasaan ayahnya, Ali bin Abi Thalib.

Mendengar penolakan yang diajukannya tersebut, Ubaidillah ibn Ziyad memerintahkan pasukannya untuk membunuh Sayyidina Husein dan pengikut-pengikutnya. Peperangan yang tidak seimbang tersebut pun terjadi.

Hingga Sayyidina Husein, para pengikut dan keluarganya dibunuh dan dibantai kecuali beberapa istri dan anaknya, Ali Zainal Abidin al-Sajjad. Kepala Sayyidina Husein dipenggal, lalu ditaruh disebuah wadah besar. Wadah besar tersebut dibawa kehadapan Yazid ibn Mu’awiyah.

Menurut informasi, Yazid ibn Mu’awiyah berduka dan menangis melihat kepala Sayyidina Husein. Sedang informasi lain berkata bahwa Yazid ibn Mu’awiyah justru senang dan puas. Beberapa waktu berselang, Yazid ibn Mu’awiyah menyerahkan kepala Sayyidina Husein ke Zainab. Zainab lalu mengubur kepala Sayyidina Husein itu di Kairo, Mesir.

Kuburan tersebut berada di sebuah masjid yang dikenal dengan Masjid Husein di Kairo, Mesir.

Waallahu a’lam.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain