Jakarta, Aktual.com — Seiring dengan kondisi ekonimi indonesia yang kuran mengairahkan baik dari sektor perdangangan maupun pertambangan, sehingga mengakibatkan acaman pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar besaran.
Menanggapi hal itu, Kepala Badan Pusat statistik (BPS) RI, Suryamin mengaku belum ada gambaran mengenai dampak yang akan terjadi, dan dia menyampaikan bahwa BPS akan melakukan survei terkait hal tersebut pada bulan ini.
“BPS belum ada gambaran karena baru akan disurvei. Saya tidak mau berspekulasi,” kata Suryamin dalam konferensi pers di kantor BPS, Gedung 3 lantai 1, Jalan Dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta, Jum’at (5/2).
Namun demikian, dia meminta untuk memperhitungkan dari sektor usaha mikro yang memungkinkan terjadi pertumbuhan, terutama dari sektor manufaktur.
“Dampaknya tentu ada, tetapi harus diperhitungkan dari pertumbuhan usaha mikro, deregulasi yang dilakukan pemerintah memudahkan perijinan akan mengangkat usaha mikro terutama dari manufaktur,” tuturnya.
Diketahui bahwa akibat memburuknya perkembangan ekonomi membuat banyak perusahaan yang terbebani dan berupaya melakukan efisiensi dengan jalan pengurangan karyawan.
Sejauh ini dikabarkan perusahaan Sandoz Indonesia akan tutup mulai maret 2016 dan akan Lay off 200an orang.
Kemudian Chevron Indonesia sedang mempertimbangkan PHK 1700 an orang. Perusahaan Ford Indonesia akan menutup usahanya di Indonesia mulai paruh tahun ini. Commonwealth confirm layoff 30-35% karyawan.
Dan masih banyak perusahaan lain yang terkena dampak domino akibat melemahnya ekonomi global, terutama perusahaan yang bergerak pada sektor tambang.
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Eka