Tercatat, ada sekitar lima gempa besar dengan korban meninggal cukup besar yang sempat mengguncang Jepang, yakni pada November 684 (100-1.000 jiwa), 1 September 1923 (142.800 jiwa), 17 Januari 1995 (6.434 jiwa), 11 Maret 2011 (15.894 jiwa) dan 22 November 2016 (15 luka).
Sementara untuk gempa yang disusul tsunami, Jepang tercatat pernah enam kali mengalami tsunami dengan jumlah korban meninggal cukup besar yakni pada 20 September 1498 (sekitar 31.000 jiwa), 18 Januari 1586 (8.000 jiwa), 28 Oktober 1707 (30.000 jiwa), 24 April 1771 (13.486 jiwa), 15 Juni 1896 (27.122 jiwa) dan Maret 2011 (sekitar 2.000 jiwa).
“Ya kami cukup bisa menurunkan jumlah korban. Karena kami telah siap menghadapinya,” ujar Goto.
Faktor pertama, ucap Goto, adalah kondisi bangunan di Jepang yang memiliki struktur cukup kuat untuk menahan gempa bumi.
“Akan tetapi yang utama dan terpenting, adalah komponen halusnya, yakni persiapan manusianya,” tutur Goto.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
















