Jakarta, Aktual.co —Sebuah report yang dirilis The McKinsey dan Global Institute soal global debt kali ini cukup serius untuk disimak.
Report itu dilansir kemudian oleh The Guardian (15/2) dalam sebuah berita dengan tajuk “Global debt has grown by $57 trillion in seven years following the financial crisis”. Intinya, report itu mengungkap bahwa global debt tumbuh dari USD57 trillion ke USD 199 trillion sejak krisis finansial global pada tahun 2008 lalu.
Dalam report itu disebut bahwa jumlah total global debt saat ini hampir tiga kali lebih besar daripada perekonomian global. “Total debt as a share of GDP stood at 286% in the second quarter of 2014 compared with 269% in the fourth quarter of 2007,” demikian The Guardian.
Ya, ternyata total jumlah global debt 2,8 kali lebih besar dari total jumlah GDP seluruh negara yang ada di dunia ini.
Ini sebuah pertumbuhan yang mengkhawatirkan.
Adapun rasio utang pemerintah terhadap GDP (Government debt to GDP ratio) ternyata juga ikut meningkat sejak 5 tahun terakhir ini. Yang menarik, justru negara-negara “penting” seperti Jepang, AS, beberapa negara Uni Eropa bahkan Tiongkok rasionya sangat tinggi (lihat ilustrasi tabel).
Dalam report itu juga mengungkap fakta bahwa rasio utang rumah tangga terhadap pendapatan (household debt to income ratio) ternyata juga meningkat.
Artinya, sebagian besar kehidupan negara dan rumah tangga hampir di seluruh dunia ternyata tergantung dari utang. Uniknya, ini juga terjadi di negara-negara yang dianggap makmur. Bukan hanya negara miskin.
Ini fakta menarik bahwa sebenarnya utang-lah yang menghidupi kita. Dan report ini juga menjelaskan bahwa benar adanya bahwa budaya utang menjadi budaya ekonomi baru. Dan benar juga bahwa utanglah yang menjadi pondasi penting berjalannya perekonomian global saat ini.
Ini bahaya…
Artikel ini ditulis oleh:

















