Gedung BNI Pusat (foto: istimewa)
Gedung BNI Pusat (foto: istimewa)

Jakarta, Aktual.com – Kinerja PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) hingga kuartal III-2016 memang mencatatkan laba yang tinggi. Namun di satu sisi, likuiditas BNI kian ketat dan cekak seiring dengan tingkat loan to deposit ratio (LDR) yang tinggi.

Kondisi LDR BNI memang mencapai 92,8 persen atau menembus batas minimal yang disarankan Bank Indonesia (BI) sebesar 92 persen. Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan di saat bank-bank lain banjir likuiditas. Namun pihak BNI mengklaim kondisi likuiditasnya masih aman, ditandai dengan posisi rasio kecukupan modal atau (CAR) yang masih tinggi.

“LDR kami memang sebesar 92,8 persen. Tapi ini belum akan dikenai sanksi penaikan Giro Wajib Minimum (GWM), karena CAR kita hingga Kuartal III-2016 sebesar 18,4 persen,” jelas Direktur Utama BNI, Achmad Baiquni, di Jakarta, Kamis (13/10).

Baiquni menegaskan, pada Kuartal III-2016 penyaluran kredit BNI mencapai Rp372,02 triliun atau meningkat 21,1 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2015 atau lebih cepat dari pertumbuhan secara industri yang mencapai 7,6 persen per Agustus 2016.

“Kredit kami tumbuh tinggi karena pada periode sebelumnya kami menerapkan sentralisasi penyaluran kredit. Jadi penyalurannya menjadi terbatas dibandingkan dengan potensi yang ada,” papar dia.

Kendati posisi likuiditas masih mengetat, pihak perseroan masih menargetkan pertumbuhan kredit hingga akhir 2016 bisa mencapai 16-17 persen.

“Pertumbuhan kredit hingga akhir 2016 diharapkan sebesar 16-17 persen. Kalau secara year-to-date hingga September 2016 tumbuh sebesar 14 persen. Tapi ke depan, yang membatasi pertumbuhan kredit adalah likuiditas,” beber Baiquni.

Makanya dengan LDR yang tinggi itu, kata dia, hingga akhir tahun perseroan juga berharap bisa menurunkannya di bawah 92 persen.

“Kami akan mengupayakan LDR di bawah 92 persen di akhir 2016. Untuk saat ini sekalipun LDR tinggi, tapi sumber dana kami di luar komponen LDR masih cukup besar, seperti pinjaman bilateral antarbank,” ungkapnya.

Berdasarkan laporan keuangan BNI Kuartal III-2016, BNI juga mencatatkan laju tingkat kredit bermasalah (NPL) meningkat menjadi 3,1 persen dibandingkan periode yang sama di 2015. Sementara NPL net pada sembilan bulan pertama 2016 ini sebesar 0,7 persen.

Meski NPL tinggi, namun perseroan masih mencatatkan laba bersih di Kuartal III-2016 ini mrncapai Rp7,72 triliun atau bertumbuh 28,7 persen dibandingkan periode yang sama di 2015. Dan hingga akhir tahun bisa bertumbuh di bawah 20 persen.

Sementara untuk pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) hingga akhir 2016, perseroan menargetkan sebesar 15-16 persen. Hingga akhir Kuartal III-2016 penghimpunan DPK BNI mencapai Rp401,88 triliun atau meningkat 15 persen.

“Dengan komponen CASA (dana murah) masih mendominasi sebesar 59,7 persen,” pungkas Baiquni.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan