Penganan sebesar kue pastel berwarna merah kekuning-kuningan yang terbuat dari bahan umbi-umbian itu berisi kacang-kacangan dan wijen, katanya.
Saat mulai terasa lapar, anda dapat memilih restoran sesuai selera dengan sangat mudah, kata Boya seraya menunjuk sebuah kedai yang menyajikan berbagai makanan seperti bubur manis yang terbuat dari nasi dan kacang-kacangan, daging domba goreng, pangsit, bakmi dingin, ketan yang ditaburi dengan manisan kurma dan masih banyak lagi.
Selesai santap siang, pelancong dapat melanjutkan perjalanan mereka dengan menikmati suasana keramaian pasar yang menjajakan bermacam-macam makanan dan minuman serta berbagai jenis cinderamata berupa pakaian, kerudung, tas, boneka, gantungan kunci, hiasan magnit pintu lemari pendingin, miniatur bangunan bersejarah dan patung terakota (terracotta).
“Mari saya ajak kalian ke toko penjual cendera mata dan membantu menawar. Rata-rata harga di sini berkisar antara 15 hingga 100 Yuan bergantung pada jenis barangnya,” kata Boya yang juga seorang pegawai perusahaan industri berat terkemuka di Xian saat mengantar wartawan Indonesia ke kawasan wisata tersebut.
Sekitar 80 persen penduduk di tempat tujuan wisata sejarah dan budaya yang unik tersebut adalah Muslim dan sisanya beragama lain dan penganut kepercayaan yang berbeda-beda, kata Boya seraya menambahkan bahwa kawasan tersebut memiliki bangunan-bangunan kuno, termasuk sebuah masjid dengan arsitektur bergaya zaman Dinasi Ming dan Qing dan bahan bangunan yang sebagian besar masih asli dari zaman itu.
Wisata religi Beberapa saat setelah menikmati kuliner dan berbelanja cendera mata, pengunjung dapat melakukan wisata religi ke Masjid Raya Xi’an. Menurut catatan sejarah yang tertera pada batu prasasti, masjid tersebut dibangun pada 742 Masehi di bawah kekuasaan Kaisar Xuangzong Li Longji pada masa Dinasti Tang. Masjid itu terus dikembangkan semasa Dinasti Song, Yuan, Ming dan Qing, hingga masa sekarang saat tempat ibadah itu berusia sekitar 1.276 tahun.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid