Bunga-bunga edelweiss yang ditanam di dua desa wisata tersebut sudah masuk dalam kategori generasi kedua (F2), dan memiliki izin penangkaran dari Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur. Dengan demikian, keberlanjutan dari edelweiss itu sendiri akan tetap terjaga.

Namun, upaya untuk konservasi tersebut tidak akan berjalan dengan baik, jika masyarakat di masing-masing desa itu tidak peduli akan pentingnya menjaga kelestarian edelweiss itu.

Para pemangku kepentingan diharapkan untuk tidak berhenti dalam memberikan edukasi, khususnya bagi warga di dua desa tersebut.

Upaya konservasi tersebut sesungguhnya juga memiliki nilai tambah lain, yakni wisata edukasi.

Jika dimanfaatkan dengan baik, maka para wisatawan yang datang berkunjung juga dapat diberikan edukasi terkait bagaimana upaya budi daya bunga abadi itu.

Untuk memberikan gambaran yang baik khususnya dalam mengembangkan wisata edukasi, para kelompok tani sebagai pembudidaya edelweiss, perlu untuk diberikan pembinaan.

Pembinaan tersebut khususnya dalam upaya mengemas destinasi wisata di daerahnya, supaya menjadi lebih menarik minat wisatawan untuk datang berkunjung.

Dengan tingginya minat wisatawan untuk berkunjung, diharapkan sektor pariwisata dan ekonomi bisa semakin dipacu untuk jangka panjang. Pertama Pengembangan Desa Wisata Edelwiss di dua desa tersebut merupakan yang pertama kali di Indonesia.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid