“Ini (elektabilitas Karolin yang cuma 7,7 persen) menggambarkan bahwa masyarakat Kalimantan Barat menolak adanya politik dinasty dalam kepemimpinan di Kalbar. Dan kalau melihat terpilihnya Karolin sebagai bupati Landak pada 2017 lebih disebabkan karena adanya pemborongan partai-partai sehingga Karolin hanya melawan kotak kosong.”

Oleh karena itu, Fahmi mengatakan bahwa IDM menyarankan agar partai partai yang menjadi pengusung Pilgub Kalbar, untuk tidak melakukan jual beli rekomendasi untuk mendukung seseorang menjadi calon tunggal pada Pilgub Kalbar 2018. Sebab menurut dia, akibatnya akan fatal. Jika terjadi calon tunggal seperti di kabupaten landak ketika iti, maka suara suara partai di luar PDIP di Kalbar akan habis pada Pileg di 2019 nanti.

“Dan khusus untuk Gerindra yang akan mengusung Prabowo Subianto sebagai Capres di 2019 maka tingkat keterpilihan di Kalbar akan semakin rendah di bawah Capres dari PDIP.”

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Wisnu