“Kita tahu basis pemilih Gatot adalah anti pemerintah (oposisi), anti tesis pemerintahan Jokowi, konsisten mengkritik rezim dan mereka biasanya memilih ‘asal jangan Jokowi’. Gatot bagus dengan elektabilitasnya sendiri, apabila digabungkan belum tentu,” jelas lulusan S2 di Jurusan Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI) ini.
Dua partai tersisa, yaitu PKS dan PAN ada kemungkinan besar untuk mengusung Gatot, namun koalisi ini masih kurang untuk memenuhi syarat presidential treshold (PT) sebanyak 20 persen. Koalisi ini tentunya harus bisa ‘merayu’ baik Gerindra maupun Demokrat untuk bersatu membentuk poros baru di Pilpres 2019.
“Ke depan masih ada peluang terjadi pertumbuhan elektoral Gatot. Sebaliknya, elektabilitas Prabowo cenderung mengalami stagnan atau bahkan menurun. Dalam kondisi seperti itu, masih memungkinkan kuda hitam menjadi pemenang pilpres 2019. Hasil beberapa lembaga survei, 51 persen masyarakat masih mendambakan figur alternatif baru selain Jokowi, Prabowo dan (trah) SBY,” pungkas dia.
Dadangsah Dapunta
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta