Jakarta, Aktual.com — Masyarakat nelayan di Tanjung Luar, Kecamatan Keruak, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat melakukan ritual selamatan laut “Nyalamaq Dilauq”, Kamis (8/10). Ritual selamatan laut ini merupakan salah satu tradisi turun temurun dari generasi ke generasi yang masih terpelihara hingga kini.

Acara ini di pusatkan di Pelelangan Ikan Tanjung Luar dan dihadiri Wakil Gubernur NTB H Muhammad Amin. Salah seorang tokoh masyarakat Tanjung Luar, Mukti Ali yang juga selaku ketua penyelanggara menjelaskan, ritual ini juga memliki makna mendalam terhadap pelestarian ekosisitem laut dan ekologi pesisir.

Karena dalam ritual ini para nelayan sepakat untuk tidak melaut selama tiga hari, setelah puncaknya menghanyutkan kepala kerbau yang sebelumnya juga demeriahkan berbagai kegiatan selam tiga hari berturut-turut.

“Larangan ini sebagai simbol agar para nelayan memberikan kesempatan ikan-ikan untuk bertelur dan berkembang biak,” kata dia.

Hal menarik yang dapat di artikan sebagai simbol kebersamaan pada ritual ini, lanjut dia, yakni adanya iring-iringan perahu yang mengitari pesisir pantai dan arak-arakan kelililing kampung dimana masyarakat mengenakan pakaian adat khas Mandar, Makassar, Bugis dan Bajo membawa peralatan rumah tangga.

Diantaranya, perlengkapan dapur dan semuanya merupakan simbol kearifan nenek moyang para pelaut. Ada juga bendera dengan lima warna yakni putih melambangkan Suku Bajo, waran kuning melambangkan Mandar, warna merah melambangkan Makasar, warna hitam melambangkan Bugis dan warna merah putih melambangkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Diacara ini, para nelayan juga memanjatkan doa kepada sang khaliq agar mendapatkan keselamatan dan tangkapan mereka setelah berpuasa menghasilkan rizki yang lebih banyak lagi.

“Tradisi ini merupakan simbol dan ungkapan rasa syukur masyarakat terhadap rizki yang diterima yang mana sebagaian besar penduduk aslinya berprofesi sebagai nelayan,” ujarnya.

Sementara itu, Wakil Gubernur NTB H Muhammad Amin mengatakan tradisi yang melambangkan kokohnya persaudaraan dan kebersamaan ini patut dipertahankan dan dilestarikan.

“Karena event ini merupakan salah satu dari kekayaan budaya yang ada ditengah-tengah masyarakat NTB yang kedepannya harus dikemas dengan lebih baik lagi dan dijadikan agenda tahunan pariwisata yang pada ujungnya akan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” katanya.

Untuk itu, kata wagub, kegiatan tersebut perlu mendapat dukungan pemerintah baik kabupaten dan pemerintah provinsi sebagai ikhtiar pelestarian budaya apalagi tradisi ini telah berlangsung ratusan tahun.

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu