Jamaah masjid membaca Alquran usai shalat Ashar berjamaah di Masjid Istiqlal, Jakarta, Minggu (28/5/2017). Sambil menunggu berbuka puasa, jemaah memilih bertadarus atau membaca kitab suci Alquran. AKTUAL/Munzir

Yogyakarta, Aktual.com – Ramadhan, berasal dari akar kata bahasa Arab yakni ‘rami-a’ atau ‘ar-rama’ yang berarti ‘panas’. Dalam kalender Masehi, bulan ke-sembilan penanggalan Hijriah ini jatuh kurang lebih 11 hari lebih awal setiap tahun.

Sebagai Rukun Islam ke-4, Ramadhan mulai dilaksanakan umat Muslim utamanya di jazirah Arab sejak sekitar 1.400 tahun silam, bertepatan dengan peristiwa turunnya wahyu pertama kepada Nabi Besar Muhammad Rasulullah SAW. Sejak saat itu, Islam mengglobal.

Survei yang dilakukan The Economist, dilansir Minggu (28/5), pada hari pertama Ramadhan, umat Islam London berpuasa sekitar 18 jam sehari dari sekitar pukul 3 pagi hingga pukul 9 malam.

Di Helsinki, ibu kota sekaligus kota terbesar di Finlandia, Muslim berpuasa selama 20 jam sehari, sementara saudara mereka di Arkhangelsk, Rusia, berpuasa sedikit lebih lama, sekitar 21 jam sehari.

Tahun ini, menjelang akhir bulan Ramadhan akan berlangsung fenomena alam Solstice atau Titik Balik Matahari pada 21 Juni, hemisfer (belahan bumi) akan bergerak miring secara ekstrem ke arah matahari atau disebut juga Titik Balik Musim Panas.

Hal tersebut menjadikan 21 Juni sebagai hari terpanjang tahun 2017 di belahan bumi utara, membuat umat Muslim yang berada di garis lintang utara seperti negara-negara bagian utara Skandinavia menjalani hari puasa lebih lama, termasuk penyesuaian waktu Salat (tarawih).

Namun, panjangnya waktu puasa dalam sehari bukanlah satu-satunya tantangan, suhu yang panas di siang hari jadi ujian keimanan berikutnya bagi kaum Muslim saat menjalankan ibadah suci tersebut.

Di Arab Saudi, khususnya Kota Mekah, yang memiliki populasi di atas 300.000 orang, bersuhu sekitar 35°C dengan rata-rata tertinggi 44°C pada bulan Juni, membuat wilayah ini sebagai salah satu wilayah paling berat untuk menjalankan puasa.

Uni Emirat Arab, negara kaya yang memiliki banyak AC (Air Conditioner) lantaran bersuhu tertinggi mencapai 45°C saat musim panas (Juni-September) pun secara resmi membatasi waktu kerja penduduk selama Ramadhan, tidak lebih dari 6 jam sehari.

Di Indonesia sendiri, dengan rata-rata suhu 25°C hingga 36°C, salah satu perusahaan otomotif multinasional terkemuka telah mengambil kebijakan penyesuaian jam kerja terhadap sekitar 9.000 orang karyawan tahun lalu.

Sedangkan, di bumi belahan utara dengan waktu siang yang panjang maupun negara-negara bersuhu panas lain di dunia, umat Muslim beradaptasi lewat beberapa cara, di antaranya mengikuti waktu puasa menurut Mekah, kota tersuci Islam.

Bersyukur kota-kota bersuhu ideal atau sedang, seperti Durban, Afrika Selatan, mereka berpuasa sekitar 12 jam sehari di bawah suhu rata-rata 17°C. Rio de Janeiro, Brazil, 12 jam dengan 21°C. Selamat berpuasa!

(Nelson Nafis)

Artikel ini ditulis oleh:

Nelson Nafis
Eka