Pengendara roda dua melintas di jalan lintas Sumatera yang diselimuti kabut asap, di Rokan Hilir, Riau, Selasa (13/10). Jalan lintas Sumatera yang menghubungkan Provinsi Riau - Sumut kembali diselimuti kabut asap tebal terutama pada pagi hari membuat jarak pandang terbatas bagi pengendara yang melewati jalan lintas tersebut. ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid/pd/15

Menteri Kesehatan RI Nila F Moeloek dinilai masih secara sporadis dalam melakukan penanganan dampak asap.

Demikian dikatakan anggota DPR RI asal Sumut dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Marwan Dasopang kepada wartawan di Medan, Kamis (22/10).

“Asap ini kan peristiwa dari tahun ke tahun yang selalu terjadi. Kenapa Menkes tidak mengalokasikan anggaran untuk mengantisipasi asap terhadap dampak kesehatan manusia. Sampai sekarang programnya kan selalu sporadis,” tukas Dasopang.

Dasopang menuturkan, pihaknya sudah sering berdebat “tidak sehat” dengan Menteri Kesehatan (Menkes) Nila tentang asap. Terutama program darurat yang terencana untuk menanggulangi dampak asap ke masyarakat.

“Dalam rapat terakhir Komisi IX dengan Menkes, saya pernah menyampaikan bahwa saya sangat sedih setelah membaca berita, yang mengangkat laporan seorang anak yang tadinya sangat ceria kemudian meninggal diduga akibat asap setelah menjalani enam hari perawatan di RS,” tuturnya.

Ketua DPP PKB ini mengkritik alasan Menkes yang selalu berkilah dengan menyebut bahwa sebaran asap tidak bisa diperhitungkan arahnya. Padahal, kata Marwan, sebaran asap karena selalu berulang setiap tahun justru bisa dipetakan.

“Mestinya kan Menkes memperkirakan sebaran asap yang tidak bisa diperhitungkan itu. Maka perlu dibuat posko-posko penanggulangan yang terencana, yang mungkin lokasinya tidak jauh-jauh, yakni Jambi, Palembang, Riau, Pekanbaru dan mungkin Sumut sebagai imbas,” imbuhnya.

Ditambahkannya, ke depan diharapkan tak ada lagi alasan bahwa asap terlalu menyebar sehingga sulit untuk menentukan posko penanggulangan.

“Kita berharap Menkes cepat tanggap, jangan sampai orang sakit akibat asap kemudian tidak ada penanggulangan yang cepat. Karena persoalan asap adalah soal antisipasi,” jelasnya.

Terkait kebakaran yang masih terus terjadi, Marwan mengakui bahwa menangani api dilahan gambut bukan perkara mudah. Paskamendapat bantuan penanggulangan dari Malaysia dan Singapura asap ternyata semakin parah.

“Asap ini mempermalukan Indonesia. Namun, meskipun saat ini sudah ada bantuan dari Singapura dan Malaysia toh asap semakin parah. Ya karena memang tidak mudah menangani api dibawah tanah,” ungkapnya.

Artikel ini ditulis oleh: