Jakarta, Aktual.com – Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) mengaku terkejut atas kembalinya Sri Mulyani menjadi Menteri Keuangan. Dengan kondisi ini FITRA menyangsikan konsistensi Presiden Jokowi menjalankan pemerintahan sesuai janji Trisakti
Pemikiran ekonomi neolibral yang dianut Sri Mulyani dianggap akan menumpuk hutang sebagai keyakinan landasan pembangunan ekonomi, tentu saja berseberangan dengan Trisakti yang menjanjikan kemandirian dan tidak menggantungkan pada hutang.
“Kami terkejut Sri Mulyani masuk dalam jajaran Kabinet. Yang kita ragukan adalah apakah Sri Mulyani punya kesungguhan untuk menjalankan Trisakti? sedangkan dia punya pemikiran neolib yang lebih pro peminjaman terhadap lembaga keuangan internasional,” kata Sekjen FITRA , Yenny Sucioto di Jakarta. Jumat (5/8)
Menurut analisanya, pintu masuk melakukan hutang bermula dari kegagalan pencapaian target penerimaan Tax Amnesty, maka dengan begitu akan terjadi defisit yang lebar karena target penerimaan Rp165 triliun tersebut sudah dimasukkan dalam APBN-P.
Kemudian langkah untuk menanggulangi defisit yang lebar tersebut dilakukan dengan cara mencari pinjaman hutang melalui relasi internasional yang dimiliki oleh Sri Mulyani. Oleh sebab itu dia mensinyalir skenario keberadaan Sri Mulyani bertujuan untuk membuka keran hutang dari lembaga-lembaga internasional.
“Inilah kemudian keberadaan Sri Mulyani dalam kabinet untuk membuka keran hutang dari lembaga keuangan internasiional. Kalau itu terjadi, maka APBN kita tidak akan pernah menjawab pembangunan publik karena beban membayar bunga kepada lembaga keuangan internasional,” pungkasnya. (Dadang Sah)
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid