Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati menghadiri pembukaan acara "Pathways to Prosperity" dalam rangkaian Pertemuan Tahunan IMF - World Bank Group 2018 di Bali Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua, Bali, Selasa (9/10). Agenda tersebut membahas tentang perkembangan teknologi untuk pertumbuhan ekonomi. ANTARA FOTO/ ICom/AM IMF-WBG/Nicklas Hanoatubun/wsj/2018

Jakarta, Aktual.com – Menteri Keuangan, Sri Mulyani menargetkan Indonesia dapat keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah (middle income trap) pada 2045. Untuk mencapai target tersebut, pihaknya memiliki strategi khusus yang tercermin dalam design kebijakan pemerintah saat ini.

“Ada empat strategi agar Indonesia bisa keluar dari middle income trap pada 2045. Pertama pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan meningkatkan produktivitas. Tidak hanya fokus ke SDM seperti pendidikan dan safety net, tetapi juga skill dan kesehatan,” ujar Sri Mulyani, Kamis (6/12).

Kedua, lanjutnya, pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan daya saing dan kompetisi Apalagi Indonesia merupakan negara kepulauan. Strategi Ketiga, menurutnya terbilang sulit, namun bisa diukur seperti peningkatan kualitas institusi mulai dari birokrasi, lembaga antikorupsi, efisiensi, dan kompetensi.

“Negara-negara yang sudah kelaur dari jebakan middle trap income seperti Singapura, Jepang, Hong Kong, Taiwan, Israel, dan Korea, umumnya sudah memiliki birokrasi yang berkualitas baik dari sisi pemerintah maupun swasta. Makanya reformasi birokrasi itu penting sekali. Dan Kemenkeu selama ini menjadi institusi yang sudah melakukannya,” jelasnya.

Strategi keempat, adalah policy yang terbuka dan mampu memanfaatkan momentum globalisasi ekonomi untuk meningkatkana daya saing. “Tidak ada negara yang tertutup bisa lewat middle income trap,” tegasnya.

Melalui forum Annual International Forum on Economic Development and Public Policy (AIFED) yang mengambil tema “Building for the Future: Strengthening Economic Transformation in Facing Forward Global Evolution”, Menkeu Sri Mulyani berharap dapat dirumuskan strategi kebijakan guna menghadapi berbagai tantangan dalam rangka mencapai target keluar dari middle income trap pada 2045.

AIFED merupakan kegiatan tahunan yang dilaksanakan atas kerja sama Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dengan Asian Development Bank dan Pemerintah Australia (melalui Program Kemitraan Indonesia Australia untuk Perekonomian/PROSPERA). Penyelenggaraan AIFED bertujuan untuk mendapatkan gambaran komprehensif mengenai transformasi ekonomi Indonesia dalam konteks perubahan lanskap global, serta upaya kebijakan yang diperlukan untuk menyongsong Indonesia maju.

Forum AIFED merupakan sarana bagi para pembuat kebijakan untuk berkolaborasi dengan para akademisi, pelaku usaha, dan institusi internasional untuk mengidentifikasi tantangan yang akan dihadapi serta menyiapkan strategi kebijakan yang mampu memanfaatkan potensi profil demografi dan kemajuan teknologi guna mewujudkan visi transformasi ekonomi Indonesia menjadi negara maju.

Penyelenggaraan AIFED tahun ini merupakan yang ke-8 sejak pertama kali diadakan tahun 2011. AIFED selalu menghadirkan narasumber terkemuka dari berbagai institusi internasional dengan berbagai latar belakang akademisi dan kepakaran.

Pada kesempatan kali ini, keynote speakers yang dihadirkan adalah Prof. Robert Lawrence dari Harvard Kenedy School of Government. Di samping itu, AIFED kali ini juga menghadirkan tiga pengusaha muda Indonesia sebagai young influencer untuk berbagi pengalaman dalam pengembangan usaha di bidangnya masing-masing serta menuangkan gagasan untuk kemajuan ekonomi Indonesia pada masa depan.

Bersamaan dengan pelaksanaan AIFED, rangkaian kegiatan Fiscal Day juga diselenggarakan dalam rangka menyosialisasikan kepada masyarakat peranan Kemenkeu, khususnya Badan Kebijakan Fiskal dalam merumuskan kebijakan fiskal untuk mewujudkan masyarakat Indonesia sejahtera.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka