Selain itu, tambah Sri Mulyani, faktor eksternal lainnya adalah kenaikan harga minyak dunia serta permasalahan geopolitik di berbagai kawasan yang belum sepenuhnya reda.
“Ini risikonya, tapi karena nilai tukar ini juga merupakan ‘domain’ dari BI, kita akan koordinasi untuk menjaga stabilitas mata uang dan pertumbuhan,” kata mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.
Meski demikian, terdapat faktor positif yang bisa menahan perlemahan kurs yaitu kuatnya fundamental ekonomi yang tercermin dari inflasi terkendali, defisit anggaran sehat serta peningkatan peringkat utang.
Kemudian, adanya kebijakan stabilisasi nilai rupiah yang terukur didukung oleh cadangan devisa yang mencukupi serta koordinasi penyediaan valas diantara perusahaan BUMN.
Selain itu, faktor yang bisa menahan depresiasi rupiah adalah masih berlangsungnya kebijakan “quantitative easing” dan suku bunga rendah di Eropa maupun Jepang yang dapat mengimbangi potensi modal keluar lanjutan.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid