Jakarta, Aktual.com — Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, saat kunjungan President-Designate AIIB Jin Liqun ke Jakarta pekan lalu, pemerintah telah meminta lima sektor infrastruktur untuk didanai AIIB.
“Ada pelabuhan, kelistrikan, bandara, rel kereta api, dan jalan tol,” kata Bambang di Jakarta, Senin (9/11).
Namun, untuk rincian dan lokasi proyeknya, pemerintah masih melakukan seleksi. Adapun proyek-proyek tersebut berasal dari Daftar Rencana Proyek Pinjaman Luar Negeri atau Blue Book 2015-2019.
Secara kumulatif, dalam Blue Book 2015-2019, terdapat 116 proyek dengan nilai 39,9 miliar dolar AS. Namun, beberapa kreditur internasional seperti Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia, dan mitra bilateral sudah memilih sejumlah proyek dalam daftar tersebut untuk didanai.
Biayai proyek BUMN, menurut Menkeu Bambang, bank yang diinisiasi Tiongkok itu juga tidak akan hanya menyalurkan pendanaan bagi proyek pemerintah, namun juga proyek infrastruktur BUMN, dan juga proyek dalam skema kerja sama pemerintah dan swasta.
“Mereka siap membiayai atau memberi pinjaman kepada BUMN kita secara langsung, dan siap masuk proyek bermitra pembiyaan dengan Bank Dunia,” ujar Bambang.
Bambang menuturkan kemungkinan AIIB akan bermitra dengan Bank Dunia untuk pendanaan proyek pertamanya. Kerja sama itu juga, kata Bambang, menampik isu persaingan antara AIIB dan Bank Dunia, sebagai dua lembaga donor yang merepresentasikan pengaruh Tiongkok dan Amerika Serikat.
Sementara, Deputi Pendanaan Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas Wismana Adi Suryabrata menyebutkan, pemerintah masih merampungkan daftar proyek-proyek infrastruktur untuk didanai pinjaman dari lembaga mulitlateral baru Bank AIIB.
“Kita belum menyimpulkan apakah Indonesia akan jadi debitur terbesar, proyeknya masih disiapkan,” kata Wismana ketika dihubungi terpisah.
AIIB lahir atas prakarsa Presiden Tiongkok Xi Jinping saat Konferensi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) 2013 di Bali. AIIB ditargetkan dapat memiliki modal hingga 100 miliar dolar AS secara bertahap.
Adapun Indonesia menjadi anggota AIIB dengan menyetor modal sebesar 672,1 juta dolar AS, sekaligus menjadi pemegang saham terbesar ke-delapan dari 57 negara pendiri.
Artikel ini ditulis oleh:
Wisnu