Jakarta, Aktual.com – Tekanan perekonomian global yang sedang terjadi saat ini membuat perilaku pelaku pasar keuangan irasional dan mengganggu kinerja rupiah serta pasar saham Indonesia.
“Kondisi yang sekarang tidak rasional, dalam pengertian yang terjadi sekarang tidak mencerminkan fundamental dan lebih berdasarkan pada sentimen berlebihan,” kata Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, di Jakarta, Jumat (21/8).
Menkeu menjelaskan para pelaku pasar sedang mengkhawatirkan aksi devaluasi Yuan Tiongkok, perang harga minyak dunia serta rencana penyesuaian suku bunga acuan The Fed yang kemungkinan dilakukan pada September.
Tekanan eksternal tersebut secara tidak langsung yang melemahkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS serta menurunkan kinerja Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam beberapa hari terakhir.
“Kombinasi itu yang akhirnya berimbas pada semuanya. Ketika harga saham di AS sedang jatuh, semua bursa kena. ‘Irrationality’ karena menganggap dunia ini sedang tidak ada jalan keluar untuk bisa segera memulihkan kondisi perekonomian,” ujarnya.
Menkeu mengaku belum khawatir dengan perlemahan rupiah karena penyebab utama dari fluktuasi harga tersebut bukan berasal dari fundamental ekonomi yang buruk atau adanya masalah dalam neraca transaksi berjalan.
Selain itu, berbagai upaya telah dilakukan untuk mengantisipasi keluarnya dana (capital outflow) dari pasar saham Indonesia akibat tekanan eksternal tersebut, di antaranya melakukan optimalisasi lelang Surat Berharga Negara (SBN).
“Kita dorong supaya ‘secondary market’ lebih aktif, sehingga paling tidak mencegah ‘outflow’ di SBN. Kalau saham dan rupiah, karena perilaku irasional pasar yang mencari safe haven sementara. Semua lari ke yang paling aman, dolar AS dan T-Bills (SBN Amerika Serikat),” kata Menkeu.
Sebelumnya, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat sore bergerak melemah sebesar 31 poin menjadi Rp13.916 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.885 per dolar AS.
Artikel ini ditulis oleh: