Jakarta, Aktual.com – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memastikan terjadinya fenomena penguatan nilai tukar (kurs) terhadap dolar AS karena adanya sinyal positif dari kondisi global.
“Arahnya memang begitu,” kata Darmin di Jakarta, Jumat (13/9).
Darmin mengatakan tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan dari pergerakan mata uang ini, karena rupiah sedang mencari titik keseimbangan baru.
“Kamu tanya analis berapa ekuilibrium, sudah di bawah atau belum, kalau belum, tenang saja,” kata mantan Gubernur Bank Indonesia ini.
Darmin juga meminta agar para eksportir, yang cemas apresiasi kurs dapat menggerus nilai ekspor barang, tetap berpikir positif terhadap kondisi ini.
Hal itu karena pergerakan rupiah belum seperti kondisi pada awal 2018 yaitu pada kisaran Rp13.400-Rp13.500 per dolar AS.
“Jangan begitu, belum apa-apa sudah khawatir. Kita awal 2018 kurs Rp13.400-Rp13.500, masa masih Rp14.000 dekat Rp13.900 sudah khawatir. Kalau Rp13.300-Rp13.400 boleh khawatir,” ujarnya.
Sebelumnya, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat sore, menguat sebagai respons sinyal positif perdagangan Amerika Serikat dan China.
Terpantau, pergerakan rupiah pada Jumat sore ini menguat 25 poin atau 0,18 persen menjadi Rp13.965 per dolar AS dari sebelumnya Rp13.990 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Future Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat, mengatakan mata uang rupiah mempertahankan penguatannya terhadap dolar AS merespons sinyal positif perdagangan AS-China.
“Presiden AS Donald Trump dikabarkan sedang mempertimbangkan kesepakatan perdagangan sementara dengan Tiongkok,” katanya.
Langkah Trump itu, lanjut dia, dianggap sebagai itikad baik (goodwill) menjelang negosiasi dagang AS dan Tiongkok yang akan diselenggarakan di awal Oktober nanti.
“Pasar berharap negosiasi akan berlangsung dengan baik dan menghasilkan kesepakatan yang positif yang bisa diterima oleh kedua negara,” katanya.
Dari dalam negeri, lanjut dia, adanya harapan perbaikan mengenai perkembangan ekspor dan impor pada Agustus turut menopang mata uang domestik.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Arbie Marwan