Stunting
Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy/DOK/NET

Jakarta, Aktual.com – Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy memberikan tanggapannya terkait sejumlah warga di Aceh menolak ratusan pengungsi Rohingya yang terdampar di sana.

“Saya belum melihat ada yang serius, baru letupan-letupan sifatnya terbatas,” ujar Muhadjir usai menghadiri seminar ‘Bersama Cegah Silent Pandemic Resistansi Antimikroba’ , Jakarta, Senin (20/11)

Muhadjir menyatakan bahwa pemerintah Indonesia tetap menerima dengan baik para pengungsi Rohingya. Namun, dia menambahkan bahwa pelayanan kepada mereka juga perlu dilakukan dengan baik.

Walaupun demikian, Muhadjir menyampaikan bahwa pemerintah harus memperhatikan ketersediaan warga dalam menerima pengungsi Rohingya. Terdapat banyak faktor yang perlu dipertimbangkan.

“Tetapi harus memperhatikan ketersediaan dari warga untuk menerima yang bersangkutan. Karena ini kan berkaitan dengan masalah kehadiran sebuah entitas di suatu tempat yang itu tentu saja bukan sekedar orang, tapi juga budayanya perilakunya kemudian akomodasinya, kemudian itu harus dilihat dari sisi itu,” terangnya.

“Saya mohon pemerintah daerah terutama provinsi Aceh dan kabupaten yang ketempatan supaya juga memerhatikan hal itu,” imbuhnya.

Sebanyak 249 pengungsi Rohingya yang datang dengan kapal kayu ke Bireuen, Aceh, mendapat penolakan dari warga setempat. Warga menolak kehadiran pengungsi Rohingya karena dianggap mengakibatkan kerepotan.

Kapal yang membawa pengungsi Rohingya tiba di pesisir Desa Pulo Pineung Meunasah Dua, Kecamatan Jangka Bireuen, pada Subuh hari Kamis, (16/11). Setelah mengetahui kedatangan pengungsi Rohingya, warga secara masif datang ke lokasi tersebut.

Pihak kepolisian setempat menginformasikan bahwa masyarakat menolak kedatangan pengungsi Rohingya karena kurangnya fasilitas penampungan. Alasan lain yang diberikan adalah kurangnya kebersihan yang dijaga oleh para pengungsi yang datang sebelumnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Yunita Wisikaningsih