Jakarta, Aktual.co — Usai menggelar rapat koordinasi di kantornya di kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan melihat minimnya cadangan minyak di Indonesia yang semakin menipis, pemerintah tengah mengupayakan pemberdayaan terhadap bahan bakar berjenis biodiesel untuk lebih ditingkatkan.
“Rakor kita tadi isinya sangat mendetail. Salah satunya membahas biodiesel atau kebijakan tentang bahan bakar minyak campuran sebagai energi baru terbarukan,” jelas Menteri Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil di Jakarta, Sabtu (3/4).
Menurut Sofyan Djalil, komitmen pemerintah untuk menjadikan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif. Tak lain bertujuan untuk bisa melindungi lingkungan tetap sehat.
“Manfaat lainnya yang bisa kita dapat yaitu, Indonesia bisa mengurangi impor solar, bahkan juga dengan biodisel sebagai bahan bakar alternatif. Pastinya akan membantu petani sawit, karena itu harga sawit pun juga bisa terkontorol,” ujarnya.
Menurutnya, kalau tidak dikontrol harga sawit ini akan jatuh. Efeknya akan menyengsarakan petani kalo harga sawit itu mahal. Sedangkan untuk harga biodesel pastinya memang belum dapat ditentukan oleh pemerintah untuk saat ini.
“Untuk kompensasinya harga biosel itu nanti lebih tinggi dan MOP lebih rendah. Selain itu pihak Pertamina juga sudah memanggil langsung penyuplai biodiesel kemarin. Nah harga yang nanti di jual ke pasaran itu dipotong sebesar 15 persen,” terangnya.
Selanjutnya, dana yang 15 persen ini akan digunakan untuk melakukan pengembangan riset development, dan salah satunya membentuk SDM baru bagi petani-petani muda untuk berkarir di bidang industri kelapa sawit.
“Badan ini akan kami dibentuk segera, dan dalam perjalanannya akan diawasi oleh beberapa pejabat pemerintah,” jelasnya.
Menurutnya, usaha pemberdayaan peningkatan bahan bakar berjenis biodisel bermanfaat dan menguntungkan masyarakat dalam pengolahan sekaligus membuka lapangan pekerjaan baru nantinya.
“Lahan sawit jika dikelola dengan baik, per hektar bisa menghasilkan sebanyak 7 ton. Sebelumnya yang kita ketahui, para petani kebun sawit ini baru bisa menghasilkan 3 sampai 4 ton per hektar. Potongan sebesar 15 persen tadi, juga akan kami gunakan untuk membantu para petani sawit yang mau mengelola kebun sawitnya sendiri,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka

















