Jakarta, Aktual.co — Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Sofyan Djalil menyatakan keyakinannya bahwa pembahasan RAPBN-Perubahan (APBN-P) bakal rampung dalam sebulan atau ditargetkan pada 12 Februari 2015.
“APBN-P sebulan saya yakin kelar, Insya Allah, karena semuanya sudah dirancang dan pernah dibahas dengan DPR,” kata Sofyan Djalil di Jakarta, Senin (19/1).
Ia mengatakan pemerintah sempat membahasnya dengan DPR yang kemudian cukup diapresiasi oleh anggota DPR dan dianggap banyak kebijakan pemerintah yang harus didukung.
Sofyan mencontohkan DPR mengapresiasi kebijakan pemerintah yang mengalihkan subsidi untuk program-program produktif dan pembangunan infrastruktur.
“Mudah-mudahan sebulan bisa, karena sebelumnya mereka (DPR) cukup apresiasinya kepada kebijakan pemerintah,” katanya.
Terkait kemungkinan bakal alotnya pembahasan RAPBN-P 2015, pihaknya menyatakan Pemerintah Jokowi memiliki alasan yang cukup kuat untuk mengubah anggaran yang disusun pemerintah sebelumnya.
Senada disampaikan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro bahwa APBN 2015 merupakan warisan dari pemerintah sebelumnya yang ditetapkan oleh DPR ketika itu.
“Pemerintahan baru ini berhak merancang anggarannya sendiri untuk mewujudkan visi misinya. APBN lalu itu disahkan oleh pemerintahan lalu,” kata Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro setelah Sidang Kabinet Paripurna untuk membahas RAPBN-P 2015.
Selain itu, kondisi perekonomian baik domestik maupun global juga terus berubah sehingga asumsi makro dalam APBN 2015 sudah tidak relevan lagi.
Oleh karena itu, perubahan asumsi makro perlu dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan ekonomi dunia yang diperkirakan masih sangat dinamis.
Selain normalisasi ekonomi Amerika Serikat, perlambatan ekonomi Tiongkok pun turut perlu diwaspadai apalagi Tiongkok merupakan pasar ekspor utama Indonesia.
Faktor-faktor itulah yang mendorong pemerintah Jokowi mengajukan RAPBN-P 2015 dalam hal asumsi makro di antaranya pertumbuhan ekonomi menjadi 5,8 persen, inflasi 5 persen, ICP 70 dolar AS/barel, nilai tukar rupiah Rp12.200/dolar AS, suku bunga Surat Perbendaraan Negara (SPN) 3 bulan 6,2 persen, dan produksi siap jual (lifting) minyak 849.000 barel/hari.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka
















