Jakarta, Aktual.com – Menteri Luar Negeri Jerman, Frank-Walter Steinmeier, mengatakan bahwa negaranya harus menyiapkan diri untuk menghadapi masa penuh gejolak saat Amerika Serikat dipimpin Donald Trump.
Ia menyatakan baru-baru ini bahwa perdagangan bebas dan kerja sama lintas Atlantik untuk melawan ekstremisme dan terorisme adalah kunci bagi Berlin.
Steinmeier yang pada Agustus mengatakan Trump adalah ‘Hassprediger’ atau ‘penyebar kebencian’ menulis di koran ‘Bild’ bahwa beberapa anggota pemerintahan baru Amerika Serikat memahami kepentingan sekutu, seperti Jerman.
“Saya tahu, kita harus menyiapkan diri untuk masa penuh gejolak, tidak bisa diduga dan ketidakpastian. Tapi, saya yakin bahwa kita akan menemukan pendengar penuh perhatian di Washington, yang tahu bahwa bahkan negara besar juga membutuhkan mitra di dunia ini,” katanya.
Trump meresahkan pemimpin Jerman dengan pernyataan antara lain bahwa Inggris tidak akan menjadi negara terakhir yang meninggalkan Uni Eropa dan dengan ancaman untuk menerapkan tarif tinggi pada impor dari China dan Meksiko.
Kanselir Angela Merkel yang menghadiri pembukaan museum di luar Berlin saat Trump sedang dilantik mengatakan bahwa dirinya akan mencari kompromi dengan Trump pada isu-isu seperti perdagangan dan pengeluaran militer dan akan berupaya menjaga hubungan penting antara Eropa dan Amerika Serikat.
Wakil Kanselir Sigmar Gabriel mengatakan bahwa Jerman harus menyiapkan masa-masa sulit di bawah pimpinan Presiden AS yang baru dan Eropa harus menyusun kebijakan ekonomi baru yang ditujukan untuk China jika Trump melaksanakan janji proteksionismenya.
Trump sebelumnya sempat mengkritik keputusan Merkel pada 2015 untuk membuka perbatasan Jerman bagi pencari suaka. Ia juga mengatakan bahwa dia percaya aliansi militer NATO sudah usang.
“NATO bukan kesepakatan bisnis. Anda tidak dapat membeli kepercayaan,” kata Menteri Pertahanan Jerman Ursula von der Leyen kepada media Handelsblatt yang terbit Senin (23/1).
Di bawah kritikan Trump karena tidak memenuhi target NATO untuk membelanjakan dua persen dari pengeluaran nasional untuk pertahanan, Jerman mengatakan pekan ini akan memenuhi target itu dan menuntut agar kepemimpinan baru AS memetakan kebijakan luar negeri yang konsisten.
Von der Leyen mengatakan bahwa negara Eropa harus siap memodernkan persekutuan militer itu, yang berusia hampir 70 tahun, dan membagi pembiayaannya secara lebih adil. (Ant)
Artikel ini ditulis oleh: