Keterangan Pers Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di Roma, Italia, Sabtu (30/10/2021). ANTARA/HO- Biro Pers Sekretariat Presiden/Muchlis Jr.

Jakarta, aktual.com – Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno LP Marsudi, hadir dalam pertemuan Khusus Dewan Eksekutif WHO yang membicarakan situasi di Gaza di Jenewa, Swiss. Menurut Retno, kondisi fasilitas kesehatan di Gaza sangat mengkhawatirkan.

Retno awalnya menjelaskan bahwa Dewan Eksekutif merupakan badan eksekutif WHO di bawah Majelis Kesehatan Dunia yang terdiri dari 34 negara anggota. Dia menegaskan bahwa Indonesia terakhir kali menjadi anggota Dewan Eksekutif WHO pada periode 2018-2021.

“Pertemuan kali ini tidak hanya dihadiri oleh anggota Executive Board, namun juga negara non-anggota yang memiliki kepedulian terhadap isu, yaitu situasi di Gaza,” kata Retno dalam tayangan YouTube Kemlu RI, Senin (11/12).

Retno menyoroti urgensi kehadiran Indonesia dalam pertemuan tersebut, dengan tujuan berpartisipasi secara langsung dalam memberikan kontribusi bagi Gaza.

“Oleh karena itu, penting bagi Indonesia untuk hadir agar dapat langsung berkontribusi, mendesak pentingnya perbaikan fasilitas kesehatan, perlindungan terhadap fasilitas dan tenaga kesehatan. Termasuk tentunya di sini fasilitas kesehatan Rumah Sakit Indonesia,” tutur dia.

Retno mengungkapkan bahwa keadaan fasilitas kesehatan di Gaza telah mencapai tingkat keprihatinan yang serius. Saat ini, hanya ada 13 rumah sakit yang masih beroperasi, dengan kapasitas yang melebihi hingga tiga kali lipat.

“Situasi fasilitas kesehatan di Gaza sangat memprihatinkan. Dari 36 rumah sakit hanya 13 yang masih beroperasi dan semuanya kelebihan kapasitas hingga 2-3 kali lipat,” tutur dia.

Retno menekankan bahwa 71 persen fasilitas pelayanan kesehatan di Gaza tidak beroperasi, dan sumber daya medis seperti perlengkapan, obat-obatan, makanan, air bersih, bahan bakar, dan listrik semakin terbatas.

“Ratusan pekerja medis telah terbunuh semenjak Israel menyerang Gaza. WHO melaporkan penyebaran penyakit menular semakin tinggi, hampir 130 ribu kasus infeksi pernafasan akut, lebih dari 94 ribu kasus diare, hingga lebih dari 2700 kasus chickenpox,” tutur dia.

Dalam pertemuan tersebut, Retno mengungkapkan bahwa Gaza saat ini mengalami blokade dan keadaannya sangat sulit. Menurutnya, situasi di Gaza dapat diibaratkan sebagai keadaan yang sangat sulit dan penuh penderitaan.

“Saya sampaikan bahwa Gaza saat ini di bawah kepungan. Israel telah mengubah Gaza menjadi seperti neraka. Jumlah orang yang meninggal terus meningkat. Rumah Sakit mengalami gempuran hebat, termasuk RS Indonesia yang dipaksa berhenti beroperasi pada 16 November lalu,” katanya.

Retno juga menyoroti tindakan Israel yang memindahkan suplai medis ke wilayah yang lebih terbatas, menyatakan bahwa hal tersebut merupakan pelanggaran serius.

“Perintah Israel Defence Force (IDF) agar suplai medis dipindahkan dari Khan Younis ke Gudang yang lebih kecil di Rafah merupakan pelanggaran berat hukum internasional dan hak asasi manusia,” tutur dia.

“Saya juga menjelaskan bahwa Indonesia telah menjadi co-sponsor resolusi mengenai Kondisi Kesehatan di Daerah Pendudukan Palestina, termasuk Jerusalem Timur atau Resolution on Health Condition in the Occupied Palestine Territory, including East Jerusalem,” lanjutnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain