Jakarta, Aktual.com — Wakil Ketua Bidang Advokasi Kontras, Yati Andriyani mengatakan alasan belum tepatnya waktu pemberian gelar pahlawan nasional kepada mantan Presiden Soeharto, hanyalah sebuah skenario agar rakyat lupa terhadap apa yang sudah dilakukan pemimpin orde baru itu.

“Alasan mereka selalu sama setiap tahunnya, menunggu waktu yang tepat. Padahal, jelas yang ditunggu adalah lupanya rakyat. Maka perjuangan kita adalah melawan lupa,” tegas Yati, di Jakarta, Selasa (24/5).

Sejak tahun 2010, baik itu pemerintah ataupun Partai Golkar, berulang kali mengajukan nama Soeharto untuk diberi gelar pahlawan, dan berulang kali juga Kontras menyatakan penolakannya. Pada tahun 2010, Kontras pernah menyurati Menkopolhukam yang saat itu dijabat Djoko Suyanto.

“Untuk kali ini (pengajuan gelar pahlawan Soeharto) kami baru sebatas menyerukan. Dalam minggu ini kami akan menyurati Menteri Sosial dan pihak yang terkait,” kata dia.

Lanjut Yati, dirinya justru mengapresiasi pemberian gelar pahlawan kepada mantan Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur).

“Gus Dur melaksanakan agenda reformasi, meski tak semuanya mampu dijalankan, tapi setidaknya dia lah yang membuka akses bagi korban pelanggaran HAM,” jelas Yati.

Sebab itu, Yati menegaskan bahwa pihaknya akan terus menyerukan penolakan pemberian gelar pahlawan kepada Soeharto karena dosa-dosanya selama 32 tahun memimpin Indonesia.

Hal itu lantaran Soeharto dinilai secara tak langsung telah melegalkan praktik korupsi, kolusi, nepotisme serta membiarkan pelaku kejahatan HAM.

“Kita akan lawan terus, tak ada alasan menjadikan Soeharto sebagai pahlawan,” tegas Yati.

Sementara, Ketua Presidium Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan (JSKK) Maria Catarina Sumarsih, menyebut wacana penganugerahan gelar pahlawan nasional kepada Mantan Presiden Soeharto dinilai hanya sebagai ajang cari muka kroni-kroni Soeharto.

“Cuma cari muka bagi kroni-kroninya Soeharto, mereka ingin membersihkan nama Soeharto,” ujarnya.

Sebelumnya, Wakil Ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan, Jimly Ashidiqie mengatakan jika pemberian gelar kepada Soeharto belum memiliki waktu yang tepat.

Artikel ini ditulis oleh: