Jakarta, Aktual.com – Menteri Pariwisata (menpar) Arief Yahya mengacungkan dua jempol ketika ditanya soal gebrakan Menhub Budi Karya Sumadi di Labuan Bajo, NTT. Ini setelah Kemenhub bakal cepat-cepat membuka pelabuhan khusus pariwisata sebagai fasilitas sandar kapal-kapal pesiar atau cruise dan yacht atau perahu pesiar di Labuan Bajo. Ini adalah dukungan konkret Kemenhub untuk membuka potensi kedatangan yacht, yang ditargetkan menembus 6.000 yachters sampai 2019 mendatang.
“Pak Menhub Budi Karya sangat cepat mengeksekusi banyak bottlenecking! Cara kerjanya sudah seperti swasta saja, cepat, dan berorientasi pada customers. Terima kasih banyak Pak Menhub, itu sangat membuka peluang dan harapan bagi Wisata Bahari ke Labuan Bajo dengan ikon Komodo itu,” ungkap Arief Yahya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa (1/11).
Menhub Budi Karya, saat meninjau Pelabuhan Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Minggu (30/10) menjelaskan bahwa Labuan Bajo adalan satu diantara 10 top destinasi wisata yang diputuskan oleh Presiden Joko Widodo juga. Karena itu, kebutuhan pariwisata ini didahulukan, agar bisa cepat men-drive ekonomi yang lebih sustainable. “Konsentrasikan Labuan Bajo ini sebagai pelabuhan turis dan penumpang. Tujuannya supaya yacht dan cruise bisa bersandar masuk ke sini,” kata Budi Karya.
Jika fasilitas pelabuhan laut itu bisa direalisasi, optimism Arief Yahya semakin berkobar lagi. Keinginan Menhub itu masuk nalar. Selain sudah ditetapkan menjadi salah satu destinasi prioritas, potensi maritim di Labuan Bajo tergolong sangat istimewa. Bahkan, sudah menjadi terbaik di dunia.
CNN Travel 2015 silam menempatkan Labuan Bajo sebagai the best snorkel site, nomor dua, setelah Raja Ampat, Sorong. Nomor tiganya diisi Kepulauan Galapagos. Artis papan atas Hollywood sekelas Gwyneth Paltrow juga pernah mengakui kedahsyatan destinasi Labuan Bajo saat diwawancara Shivani Vora, wartawan New York Times, Maret 2016.
Inilah yang membuat Menhub Budi tergugah mengembangkan wisata yacht dan kapal pesiar yang paling cocok buat wisman. “Jadi wajar dan perlu dibangun berbagai fasilitas pendukung seperti sarana transportasi ke destinasi unggulan dan utama seperti di Labuan Bajo,” katanya.
Saat ini, peti kemas terlihat masih bertumpuk di Pelabuhan Labuan Bajo. Ke depan, fungsi pelabuhan barang akan dilaihkan ke pelabuhan lain. Fokus pelabuhan barang akan dialihkan ke Pelabuhan Maumere, Sikka. Pemisahan itu dilakukan agar tiap pelabuhan memiliki fokus serta tidak saling mendahului.
“Pemindahan itu tidak akan mengurangi pendapatan penduduk. Karena turis juga bisa jadi pendapatan penduduk sini. Di sini kerja 10 ribu. Lalu kita buat titik lagi. Jadi akan ada tambahan lapangan kerja. Penduduk sini, bisa saja buat restoran di bukit sana,” ujarnya.
Budi juga berencana membuat satu pelabuhan baru yang berfungsi sebagai pelabuhan pengumpan. Hanya saja, masih dilakukan pengkajian untuk mencari lokasi untuk pelabuhan baru tersebut.
Soal pemindahan ini, Budi mengatakan tidak butuh waktu lama. Dan mengenai pihak mana yang akan mengelola Pelabuhan Labuan Bajo sebagai pelabuhan penumpang, Budi mengatakan baik pihak swasta dan negeri saling bersinergi.
“Tidak lama. Untuk waktunya mungkin setahun. Saya sudah minta Pelindo untuk urus itu. (Pelni) tidak akan jadi yang ketiga. Sinergi semuanya. Karena ini semua aset negara. Termasuk swasta juga (pelihara) aset negara. Tidak boleh ada yang terpinggirkan,” tuturnya.
Keinginan Menhub tadi sejalan dengan program Kementerian Pariwisata. Sebelumnya, Kementerian di bawah komando Arief Yahya itu juga berkomitmen dengan pengembangan wisata dengan pembangunan banyak marina atau dermaga yacht di Tanah Air. Termasuk Labuan Bajo. “Kami jadi makin optimistis menangkap potensi pasar 6.000 yacht. Kalau sudah disupport Kemenhub, mimpi meraup devisa Rp 6 triliun dengan asumsi setiap yacht dapat menghabiskan Rp 1 miliar setiap kali datang, sangat mungkin bisa diraih.” kata Deputi Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kemenpar, I Gde Pitana. .
Saat ini, birokrasi dan perijinan yang selama ini menghambat masuknya yacht dan kapal pesiar ke Indonesia sudah dipangkas. Sekarang, yachter-yachter dunia langsung disambut dengan pengurusan dokumentasi yang tidak ribet. CAIT, untuk izin masuk yacht ke perairan Indonesia, bisa diakses dengan cara yang sangat mudah. Tinggal klik http://yachters-indonesia.id dan mengisi form yang tersedia, para yachter sudah bisa masuk ke Indonesia.
Deregulasi lain yang sudah dilakukan adalah Cabotage Cruise, atau kapal pesiar asing, yang boleh menaik-turunkan penumpang di sejumlah pelabuhan di Indonesia. “Nah, di sini diharapkan bisa meningkatkan jumlah cruise berbendera asing yang datang ke Indonesia, dari 400 cruise 2014, menjadi 1.000 cruise di 2019, dan meraup devisa USD 300 juta,” kata Pitana. (*)
Artikel ini ditulis oleh:
Eka