Jakarta, Aktual.com – Semangat 3C — Calibration, Confidence, Credibility– terus digelorakan Menpar Arief Yahya untuk menjadi pemain global. Semua lini di konversi ke dalam global standar agar siap bersaing dengan produk yang sama dari negara lain. Setiap tahun Kemenpar memilih dan mengusulkan ke UN-WTO, Lembaga PBB yang bergerak di sektor pariwisata dunia untuk dikalibrasi, ditandingkan dalam kategori yang sama.
“Tahun lalu tiga yang kami bawa ke UN-WTO sukses semua. Banyuwangi mewakili Local Government, Pemuteran untuk NGo yang pro konservasi menghidupkan kembali terumbu karang dan CSR Garuda Indonesia-Coca Cola yang peduli kebersihan Pantai Kuta Bali. Semuanya juara!” sebut Menpar Arief Yahya di Jakarta, Selasa (4/10).
Hal tersebut berdampak pada Banyuwangi makin hebat mengelola daerahnya dengan core business pariwisata. Banyuwangi makin confidence dengan menempatkan pariwisata sebagai leading sector. Para investor pun melirik daerah itu dipimpin oleh CEO (baca: Bupati Abdullah Azwar Anas) yang credible, maka arus investasi pun bergerak positif.
Begitu pun NGo Karang Lestari di Pemuteran Bali Utara. Saat ini teknologi yang digunakan untuk percepatan pertumbuhan terumbu karang sudah dipakai di banyak tempat, dan semuanya berhasil. Termasuk di Gili Trawangan, Lombok.
“Dengan mengalirkan arus kecil ke terumbu karang yang ditanam di bawah laut, pertumbuhan bisa 5 kali lebih cepat,” ucapnya.
UNWTO Awards 2016, adalah penghargaan paling bergengsi level dunia yang memiliki sistem penjurian paling ketat. Saking ketatnya, tim jurinya melakukan penilaian dengan on line streaming, tidak langsung bertemu saat presentasi. Karena itu Arief Yahya membentuk tim pemenangan yang sudah bekerja untuk berkalibrasi dengan standar dunia.
“Penyiapan materi untuk pemenangan UNWTO Awards sudah kami lakukan hingga deadline 30 September 2016. Target kami, juara di tiap kategori,” ujar Ni Wayan Giri Adnyani, Sekretaris Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementerian Pariwisata.
Pengalaman tahun 2015 lalu memang menjadi guru terbaik. Tahun 2016 ini jauh lebih siap, lebih banyak, dan lebih optimistik. Di UNWTO Award for Innovation in Public Policy and Governance kategori Re-Inventing The Government in Tourism, Pemkab Banyuwangi terpilih menjadi yang terbaik. Sementara untuk UNWTO Award for Innovation in Enterprises kategori Treetop Walking Path, gelar runner up menjadi milik Garuda Indonesia dan Coca Cola dengan aksi Bali Beach Clean-up. Satu gelar runner up lainnya adalah UNWTO Award for Innovation in Non-Governmental Organizations. Kategori yang dimenangkan, Sisterhood of Survivors (SOS) Programme. Saat itu, Yayasan Karang Lestari mengantongi gelar runner up lewat aksi Coral Reef Reborn. Pencapaian ini menjadi istimewa mengingat sejak awal bergulirnya acara tersebut di 2013, Indonesia tidak pernah sekalipun mendapat gelar juara.
“Kalau 2015 kita bisa juara, kenapa di 2016 tidak bisa? Penghargaan ini akan menaikkan value Wonderful Indonesia. Jadi kami pasti all out mempersiapkan segala sesuatunya dengan standar dunia,” tambah Giri.
Lantas siapa saja jagoan di 2016 nanti? Ada berapa banyak amunisi yang sudah disiapkan Kemenpar untuk memenangkan gelar juara dunia? “Totalnya ada 19 materi. Semua sudah mendapat konfirmasi kelengkapan persyaratan oleh pihak panita UNWTO Awards melalui email,” terang Giri.
Untuk Innovation in Public Policy & Governance, Kemenpar sudah menyiapkan tiga jagoan. Yang pertama, Pemda DKI dengan tema New Jakarta Tourism. Nomor duanya Batu, Malang dengan tema New Hope for Batu, Malang. Satunya lagi Bintan dengan tema Bintan Breathtaking Journey.
Di Innovation in Enterprises, ada enam jagoan yang sudah disiapkan. Garuda Indonesia dengan program Wonderful Indonesia Travel Pass sudah dinyatakan layak untuk mendapatkan penilaian. Selain itu, ada juga Garuda Indonesia – Gift for Teacher, Nihiwatu Resort – Nihiwatu, Ijen Resort – Ijen Community Involvement Resort, Sully Resort – Sully Edu Resort serta Taman Nusa – The Indonesian Cultural Park: “See Indonesia in One Afternoon”. Semuanya juga dinilai sangat layak untuk ditampilkan di penghargaan kelas dunia.
Untuk Innovation in Non-Govermental Organization, ada lima jagoan yang sudah disiapkan. Gunung Nglanggeran, Yogyakarta – Nglangeran Edu Village for tourism ada di urutan teratas. Setelah itu, ada Desa Wisata Lekuk 5 Tumbi Lempur, Kerinci, Jambi – Lake Kaco, new local wisdom eco tourism, Kelompok Nelayan Rumah Apung Desa Brangsing, Banyuwangi – Fisherman and the act for biodiversity program, Travel Sparks – Travel with cause serta Yayasan Bali Global yang siap adu ketangguhan dengan perwakilan dari 154 negara, 7 wilayah, dan lebih dari 400 anggota afiliasi yang mewakili sektor swasta, lembaga pemerintahan, dan otoritas pariwisata lokal.
Di Innovation in Research & Technology, Kementerian Pariwisata bakal mengandalkan Yogya Kampung Cyber – Cyber City village, Bali Go Live – Bali Official Video Channel dan ITDC – ITDC Lagoon. Ketiganya diyakini sangat mumpuni di kategori inovasi riset dan teknologi.
Satu kategori lain yang ikut diincar adalah Ethic Awards. Di kategori ini, Kementerian Pariwisata akan mengandalkan Sol Beach House Benoa Bali – Your House on The Beach dan Griya Santrian – Griya Santrian.
Apakah unggulan-unggulan tadi akan sukses? Brand-nya bisa nangkring di posisi yang terhormat? Bisa mengalahkan Malaysia dan Thailand yang menjadi rival utama?
“Kita berusaha! Kita berkompetisi dengan cara yang sehat dan fair. Pada semua kegiatan travel mart, festival, dan berbagai kompetisi yang digelar lembaga-lembaga terpercaya, seperti UNWTO, WTTC WEF, ASEANTA, PATA dan lainnya, kita sudah sering juara. Jadi di UNWTO Award 2016, semua jagoan tadi kita dorong habis-habisan,” jelas Giri.
Ngototnya Giri tadi bukan tanpa sebab. Dampak dari international award terbilang sangat besar. Tengok saja Lombok. Pasca mendapatkan dua gelar juara dunia di Halal Tourism Award Abu Dhabi 2015, pariwisata Lombok menjadi sangat bergairah. Hotel Sofyan Betawi yang juga sukses merebut World Best Halal Hotel Award 2015 juga ikutan sumringah.Atmosfer bisnis dan suasana industri perhotelan, restoran, biro perjalanan, dan semua usaha yang berbasis pada pariwisata mulai hidup.
“Jadi ini juga bisa dijadikan cantolan untuk menggerakaan roda perekonomian dan menggaet wisman lebih banyak,” ucapnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka