Surabaya, Aktual.com – Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto mendorong peningkatan produktivitas emas nasional yang berorientasi ekspor, karena secara global industri itu sedang mengalami kelesuan, sehingga menjadi peluang bagi emas nasional.
“Industri emas merupakan industri yang padat karya serta padat modal. Selain itu, juga mampu bertahan di tengah serangan global dengan tenaga kerja mencapai sekitar 3.300 orang,” kata Airlangga, saat kunjungan ke industri emas di Surabaya, Jatim, Senin (27/2).
Oleh karena itu, kata Airlangga, kementeriannya akan terus mendorong produk emas dan intan nasional untuk orientasi ekspor, sebab Indonesia punya daya saing kuat secara global.
“Di industri emas ini juga tidak ada modal asing, dan seluruhnya merupakan kemampuan nasional, sehingga perlu dan didorong untuk ekspor,” tuturnya.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Emas dan Permatara Indonesia (APEPI) Jeffrey Thumewa mengatakan produk emas nasional sangat disukai pasar global karena memiliki desain yang selalu berganti-ganti setiap bulan.
“Konsumen luar negeri banyak yang suka dengan desain emas nasional karena selalu ganti-ganti. Dan dalam setiap produknya ada gabungan produksi tangan dan mesin, sehingga memiliki keragaman,” ucapnya.
Ia mengatakan, potensi ekspor emas nasional antara lain dari UEA, Swiss, Jepang, dan Hong Kong. Sedangkan pesaing produk nasional adalah Malaysia, Turki, Singapura, Italia, dan Tiongkok.
Sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS), negara tujuan ekspor terbesar nasional tahun 2016 adalah Swiss, Jepang, Singapura dan Hong Kong.
Tercatat nilai ekspor produk perhiasan Indonesia ke dunia pada periode 2011-2016 menunjukkan tren peningkatan, yakni pada tahun 2011 nilainya sebesar 2,59 miliar dolar AS dan meningkat menjadi 5,34 miliar dolar AS pada tahun 2016.
Kontribusi ekspor terbesar berasal dari Provinsi Jawa Timur sebesar 64,42 persen terhadap total ekspor produk perhiasan nasional, dan tahun 2016 mencapai 3.44 miliar dolar AS.
Angka itu, berasal dari kontribusi 26 industri berskala besar dan menengah, dan sekitar 1.854 industri berskala kecil yang tersebar di berbagai sentra industri seperti di Surabaya, Mojokerto. Gresik. Lamongan, Pasuruan, Lumajang dan Pacitan.
ANT
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Arbie Marwan