Jakarta, Aktual.com — Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia. Tahun 2014, produksi minyak sawit mentah Indonesia, terdiri crude palm oil/CPO dan palm kernel oil (PKO), mencapai 35 juta ton dan diperkirakan terus meningkat hingga 45 juta ton pada tahun 2020.
Selain untuk pasar domestik, Indonesia juga mengapalkan produk perkebunan ini ke pasar ekspor. Sepanjang tahun 2014 saja, volume ekspor minyak sawit mentah dan produk hilir seperti oleofood, oleokimia, dan biodiesel mencapai lebih dari 23 juta ton.
Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan, selama kurun waktu 2010 – 2015, kelapa sawit merupakan salah satu ikon ekspor nasional, yang merupakan komoditas ekspor terbesar kedua dari Indonesia.
Hal ini dinilainya sebagai potensi besar bagi Indonesia sebagai pusat industri hilir kelapa sawit. Hilirisasi ini juga menjadi andalan pengembangan serta penguatan industri nasional. Selain itu menarik lebih banyak investasi dan menciptakan nilai tambah kelapa sawit di dalam negeri.
“Belanda telah lama menjadi mitra strategis Indonesia untuk bisnis kelapa sawit. Kota Rotterdam menjadi hub penting karena ekspor utama CPO ke Eropa dikirim melalui Pelabuhan Rotterdam,” kata Saleh dalam acara ‘Forum Bisnis dan Investasi Industri Hilir Kelapa Sawit’ yang diselenggarakan, di Rotterdam, Belanda melalui siaran persnya, Sabtu (5/9).
Ia mengungkapkan, pihaknya akan melakukan yang terbaik untuk membantu investor ketika mereka memutuskan untuk berinvestasi di bidang industri hilir kelapa sawit.
“Terdapat dua prinsip dalam pengembangan industri hilir kelapa sawit nasional, yaitu sustainability and traceability. Kedua prinsip tersebut membutuhkan pengembangan teknologi dan investasi dari negara kawasan yang telah mengembangkan teknologi industri secara gemilang, salah satunya adalah Uni Eropa,” tuturnya.
Di samping itu, Saleh mengatakan bahwa target investasi industri hilir yang dipromosikan oleh Kementerian Perindustrian adalah produk hilir minyak sawit bernilai tambah tinggi yang meliputi Oleo food (minyak goreng sawit, minyak salad, margarine, shortening, lemak padatan, lemak substitusi cokelat, ice cream fat, vegetable ghee, dsb), Oleo kimia (asam lemak, alkohol lemak, sabun, toiletries, kosmetik, glycerine dsb) dana Energi terbarukan (biodiesel, bioethanol, bio jet fuel, biomass, dsb).
Saleh pun mengklaim program hilirisasi industri kelapa sawit sangat relevan dengan program Nawa Cita. “Yaitu mewujudkan bangsa yang berdaya saing melalui pembangunan ekonomi industri berbasis hasil perkebunan kelapa sawit, yang pada umumnya berada di luar Jawa dan daerah perbatasan,” tutupnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby