Jakarta, Aktual.co — Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi M Nasir meminta beras analog yang diciptakan IPB lebih dikembangkan, sehingga bisa menangkal isu beras plastik.
“Beras analog yang dihasilkan IPB adalah inovasi yang positif, tapi jangan sampai ikut-ikutan seperti ijazah palsu,” katanya saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Membangun Indonesia yang diselenggarakan Keluarga Mahasiswa NU Institut Pertanian Bogor (KMNU IPB) di Kampus Darmaga Bogor, Jawa Barat, Minggu (8/6).
Menteri mengatakan, inovasi beras analog merupakan awal yang bagus dan dirinya mengaku ikut mengonsumsi beras yang diproduksi IPB tersebut.
Namun, lanjut Menteri, ada yang perlu dikembangkan dari beras tersebut.
“Saat rasanya bagus, tapi karena sudah dimasukkan di dalam ‘magic com’ berasnya menjadi kayak lembek. Mungkin ke depan inovasi ini agar dikembangkan lebih menarik lagi,” katanya.
Menurut Menteri, dari segi rasa tidak ada masalah, ia pun sangat menyukai beras analog tersebut, tetapi perlu dikembangkan agar beras analog lebih tahan lama bila disimpan di dalam penanak nasi listrik (magic com).
Rektor IPB Herry Suharidyanto, menjelaskan, di tengah isu beras plastik, IPB telah lebih dahulu mengenalkan beras analog, tetapi kalah keren dari plastik.
“Beras analog adalah salah satu inovasi IPB, terbuat dari sagu, jagung, dan tepung singkong, sebagai pangan alternatif, terutama bagi orang dengan kadar gula tinggi yang mengurangi konsumsi beras dari padi,” katanya.
Menurut Herry, beras analog salah satu contoh bahwa IPB memiliki kemampuan dalam menghadapi persoalan yang terjadi di Indonesia, terutama persoalan pangan.
“Jumlah penduduk yang mencapai 250 juta, menjadikan persoalan pangan tidak bisa diabaikan. Karena, luas tanam terus menyusut sejalan konversi sawah yang terus aktif, sedangkan produktivitas tidak meningkat. Jadi perlu inovasi-inovasi, jika kita konsisten, kita mampu,” katanya.
Herry menambahkan, inovasi yang dihasilkan oleh IPB diharapkan membangun sistem pangan yang berdaulat dan mampu membantu negara-negara lain yang menghadapi kesulitan pangan.
Artikel ini ditulis oleh: