Ratusan mahasiswa dari berbagai elemen organisasi sempat bersitegang dengan aparat kepolisian di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (20/10/2016). Momentum dua tahun pemerintahan kabinet Joko Widodo-Jusuf Kalla mendapat peringatan keras dari mahasiwa yang menggelar demonstasi di Jalan Medan Merdeka Barat. AKTUAL/Munzir

Mahasiswa Tugasnya Belajar Juga Demo
Jakarta, Aktual.com – Menteri Riset dan Teknologi M Nasir menyampaikan bahwa para mahasiswa untuk tidak turun aksi atau demonstrasi. Karena menurutnya melakukan aksi unjuk rasa merupakan tindakan yang tidak mencerminkan intelektualitas.

Padahal demonstrasi merupakan aspek pembelajaran dalam ilmu sosiologi, serta dijamin oleh konstitusi negara Indonesia sebagai salah satu cara penyampaian pendapat di muka umum.

Menurut Koordinator Pusat BEM SI Bagus Tito Wibisono secara tidak langsung, pernyataan menteri “Mahasiswa tugasnya belajar bukan demo” menunjukan bahwa para demonstran yang gemar turun ke jalan bukanlah seorang pembelajar.

ujar dia dalam keterangan tertulisnya kepada Aktual.com, Kamis (3/10).

Selain itu, demonstran selalu melakukan pembelajaran moral dan hati nurani sehingga hati mereka lembut kepada rakyat tertindas dan bersikap tegas kepada tiran. Tidak sedikit juga para demonstran yang berprestasi di bidang akademik dan non akademik, namun tetap rendah hati menyuarakan kepentingan rakyat kecil.

“Pernyataan menteri ini memutus tali sejarah nusantara. Hal ini jelas melukai perasaan para aktivis dan merupakan bentuk penghinaan terhadap sejarah bangsa, ” tegas Ketua BEM UNJ itu.

Pasalnya, reformasi politik, pemerintahan, birokrasi, bahkan pemisahan kubu TNI dan POLRI baik di kelembagaannya sendiri maupun di ranah politik, tidak lepas dari peran para demonstran sang aktivis jalanan pada tahun ’98 silam.

“Kini rakyat menanti masa kejayaan itu datang lagi. Hadirnya para mahasiswa dengan tradisi intelektualitas yang berkelas serta dekat dengan rakyat. Bukan yang terus termenung dalam pengapnya suasana kelas, dan apatis dengan penguasa yang beringas.”

Turunnya mahasiswa ke jalan, sambung dia, menunjukan proses check and balances yang masih berlangsung dan menjaga stabilitas jalannya pemerintahan dan mencegah bagi-bagi rakusnya kekuasaan.

Idealnya, gelombang demonstrasi akan tetap ada selama pemerintah masih tidak berpihak kepada kepentingan rakyat kecil, elitis, otoriter dan menyalahgunakan kewenangannya. Membungkam demonstrasi hanya akan menambah riak-riak gejolak pergerakan mahasiswa, dan menimbulkan gelombang aksi yang lebih besar.

“Karena siapapun pemimpinnya, mahasiswa akan tetap berdiri gagah di poros tengah sebagai mitra kritis pemerintah, tegap dengan idealismenya yang tidak mampu terbayar dengan harta, tahta, dan wanita. Sampai kapanpun, mahasiswa tugasnya belajar juga demo,” tuntasnya.[Fadlan Syam Butho]

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid