Trenggalek, Aktual.com – Menteri Sosial Tri Rismaharini meninjau kesiapan lumbung sosial di wilayah rawan bencana pesisir selatan, yakni di Kabupaten Tulungagung dan Trenggalek, Jawa Timur.
Didampingi sejumlah staf dan pejabat daerah, Mensos Risma mengunjungi titik lumbung sosial Desa Keboireng, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung. Di lokasi itu Risma menginspeksi kesiapan dan kelengkapan sarana lumbung sosial yang dipusatkan di balai desa setempat.
Kelengkapan itu, mulai dari peralatan untuk dapur umum darurat, sarana penunjang untuk pengungsian, bahan pangan hingga persediaan air bersih menggunakan perangkat penjernih dan sterilisasi yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Didampigi Bupati Tulungagung Maryoto Birowo serta jajaran forkopimda setempat, Risma mengaku puas melihat kesiapan lumbung sosial serta mendengar paparan relawan tagana setempat.
Selesai meninjau kesiapan lumbung sosial di salah satu desa rawan bencana tsunami di pesisir selatan bagian barat Tulungagung itu, mantan Wali Kota Surabaya ini bergegas menuju pesisir selatan Kabupaten Trenggalek untuk agenda serupa.
“Kami siapkan lumbung sosial daerah pesisir pantai selatan ini karena sudah ada kajian dari BMKG (terkait potensi tsunami). Naudzubillaahi min dzalik, mudah-mudahan tidak terjadi. Tapi kita perlu siap-siaga seandainya (bencana) itu benar-benar terjadi,” kata Risma, sebelum beranjak ke Trenggalek, Sabtu (25/12).
Di Tulungagung, lanjut dia, sedikitnya ada tiga lumbung sosial yang dipersiapkan, yakni di Desa Keboireng Kecamatan Besuki, Desa Besole, serta Desa Kalibatur Kecamatan Besole.
Tulungagung adalah satu dari puluhan daerah di kawasan pesisir selatan Pulau Jawa yang saat ini terus digenjot pendirian lumbung sosial oleh Kemensos.
“Lumbung sosial ini ditempatkan di titik rawan yang telah terpetakan oleh BMKG. Penempatan lumbung yang strategis di titik evakuasi diharapkan akan menjamin keberlangsungan hidup masyarakat saat kondisi darurat,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Risma, lumbung sosial diharapkan bisa menjadi tumpuan penanggulangan bencana dengan sebaran luas. Pengungsi yang tidak bisa menjangkau posko-posko pengungsian dengan demikian bisa tertangani di titik-titik lumbung sosial yang tersedia.
“Seandainya bantuan terlambat, (dengan lumbung) masyarakat masih bisa bertahan hidup,” ujarnya.
Risma menjelaskan sejumlah bantuan kedaruratan yang dipasok ke lumbung sosial, di antaranya stok air bersih, generator set (genset), buffer stock, makanan siap saji, makanan anak, tenda, selimut hingga sejumlah perlengkapan untuk bayi.
Menurut dia, sebaran lumbung pangan di setiap daerah berbeda-beda, tergantung peta zona rawan.
Dalam kesempatan tersebut, secara simbolis diserahkan bantuan untuk Kabupaten Tulungagung berupa buffer stock sebesar Rp181.074.160, lumbung sosial Rp138.608.114 dan dari barang hadiah tidak tertebak (HTT) sebesar Rp18.426.485. Total bantuan untuk Kabupaten Tulungagung sebesar Rp338.108.759.
Sementara untuk Kabupaten Trenggalek bantuan buffer stock sebesar Rp181.074.160, lumbung sosial Rp161.880.000, dan barang HTT Rp18.426.482. Jadi total bantuan yang disalurkan untuk Kabupaten Trenggalek sebesar Rp361.380.642.
Penyiapan lumbung sosial menjadi perhatian Mensos, khususnya untuk daerah rawan bencana di wilayah selatan Jawa. Hal itu, kata dia, merujuk pada pemodelan gempa dan tsunami di kawasan tersebut yang menjadi kajian BMKG.
Pada beberapa kesempatan sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyatakan skenario terburuk gempa bumi bisa terjadi pada Magnitudo 8,7 dan bisa memicu tsunami setinggi 30 meter di sejumlah wilayah.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Wisnu