Mantan Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman (Foto: Ist)

Jakarta, Aktual.com – Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menanggapi kritikan Mahfud Md terkait subsidi pupuk dan jumlah petani.

Amran menyayangkan kurangnya cek detil pada data yang dapat menyebabkan disinformasi.

“Kami menyayangkan beberapa data tidak dikroscek secara detil yang kami khawatirkan bisa menyebabkan disinformasi di masyarakat,” kata Amran pada keterangan pers, Senin (22/1).

Pertama, terkait jumlah petani, Amran menegaskan bahwa Data Sensus Pertanian 2023 menunjukkan peningkatan 8,74% dalam 10 tahun terakhir pada Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP).

Meskipun Usaha Pertanian Perorangan (UTP) menurun 7,45%, ini disebabkan efisiensi mekanisasi pertanian.

“Dulu bertanam butuh 20 orang untuk 1 hektar, kini cukup satu orang selama 5 jam. Ini sangat efisien!,” jelas Arman.

Mekanisasi pertanian di Indonesia terus meningkat, mencapai 3,5HP/ha pada tahun ini.

Data BPS Sensus Pertanian 2023 menunjukkan peningkatan 35,54% pada Jumlah Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum (UPB). Jumlah petani milenial (19-39 tahun) mencapai 6,183,009 orang, atau sekitar 21,93% dari total petani Indonesia.

“Petani milenial saat ini 16,78 juta orang menurut data BPS terkini, dan terus akan bertambah. Pemerintah terus mendorong regenerasi petani dan terlihat berbagai program kita memberi dampak positif,” ungkapnya.

Gagasan pembangunan pertanian 2024 adalah transformasi pertanian tradisional menjadi modern.

Pemerintah menargetkan peningkatan produktivitas dan efisiensi untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

Terkait pupuk subsidi, Amran menegaskan bahwa dalam beberapa tahun terakhir nilai dan volume subsidi pupuk menurun.

Data Kementan menunjukkan tren penurunan dari Rp 34,1 triliun pada 2019 menjadi Rp 25,3 triliun pada 2023. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan harga bahan baku pupuk.

Presiden Joko Widodo telah menambahkan anggaran subsidi pupuk hingga 14 triliun untuk mengatasi kenaikan harga bahan baku.

Amran menekankan bahwa transformasi pertanian akan membawa dampak positif, terbukti dengan tercapainya Nilai Tukar Petani (NTP) tertinggi dalam sejarah Indonesia.

Sebelumnya, Mahfud Md mengkritik bahwa Indonesia belum mencapai kedaulatan pangan karena lahan pertanian semakin sempit di tengah kenaikan subsidi pupuk.

Amran menjawab bahwa transformasi pertanian modern adalah solusi untuk efisiensi dan kesejahteraan petani.

Artikel ini ditulis oleh:

Firgi Erliansyah