Jakarta, Aktual.com — Presiden RI Joko Widodo menginginkan agar harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium. Sementara sebelumnya Kementerian ESDM sudah menetapkan untuk tidak merubah harga Premium dan Solar bersubsidi hingga tiga bulan ke depan. Di sisi lain PT Pertamina (Persero) hingga saat ini terus mengalami kerugian dalam penjualan Premium dengan harga yang ditetapkan Pemerintah di bawah harga keekonomian.
Menanggapi hal itu, Pengamat energi dari Universitas Trisakti, Pri Agung Rakhmanto justru mempertanyakan efektifitas dan efisiensi yang dilakukan oleh unit usaha Pertamina untuk pengadaan yakni Integrated Supply Chain (ISC). Menurutnya, masih terdapat anomali dalam penentuan harga BBM khususnya jenis Premium yang tergolong masih tinggi.
“Katanya dengan adanya ISC sudah hemat dan efisiensi sekian juta dolar. Mestinya itu ya terefleksi di harga produk akhir BBM,” kata Pri Agung di Jakarta, ditulis Minggu (4/10).
Menurutnya, harga MOPS premium yang tinggi bukan karena anomali, namun perlu dievaluasi kembali efisiensi dalam pengaturan stok dan pengadaannya.
“Jika efisiensi pengadaan minyak melalui ISC berhasil, maka seharusnya harga BBM bisa ditekan,” tutupnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan