Dubai, aktual.com – Pemerintah Arab Saudi sedang memantau perkembangan pasar minyak dunia yang tertekan akibat wabah virus corona jenis baru yang mempengaruhi ekonomi China maupun dunia, ujar menteri energi Arab Saudi.

Pangeran Abdulaziz bin Salman percaya bahwa pemerintah China dan komunitas internasional dapat menanggulangi penyebaran virus corona dan memberantas sepenuhnya virus itu.

Pasar minyak dunia yang saat ini tertekan didorong oleh faktor psikologis dan kekhawatiran pasar terhadap penyebaran virus corona.

Dia percaya bahwa Arab Saudi dan negara-negara anggota OPEC lainnya memiliki kemampuan dan fleksibilitas untuk menanggapi setiap perkembangan untuk menjaga stabilitas pasar minyak dunia.

Lebih dari 2.000 orang di seluruh dunia tertular virus korona baru, yang sebagian besar di antaranya di China, dan sebanyak 56 orang di China meninggal karena wabah tersebut, seperti dilansir Reuters.

Pada Minggu, China memastikan bahwa hingga 25 Januari ada 1.975 kasus pasien yang tertular virus corona baru sementara jumlah korban meninggal telah mencapai 56 orang, demikian dilaporkan stasiun penyiaran negara CCTV.

Sementara itu pada Sabtu, Hong Kong menyatakan darurat virus, membatalkan berbagai perayaan serta melarang perjalanan ke China daratan.

Di Hong Kong, ada lima kasus orang mengidap virus tersebut. Pemimpin kota, Carrie Lam, mengatakan penerbangan dan perjalanan kereta cepat antara Hong Kong dan Wuhan akan dihentikan. Sekolah-sekolah di Hong Kong, yang saat ini sedang diliburkan dalam rangka Tahun Baru Imlek, akan tetap ditutup sampai 17 Februari.

Presiden Xi Jinping mengatakan dalam sidang politbiro, Sabtu (25/1), bahwa China sedang menghadapi “situasi berbahaya” sementara badan-badan kesehatan di seluruh dunia bergelut mencegah wabah itu.

Virus itu diyakini muncul akhir tahun lalu di sebuah pasar ikan di pusat Kota Wuhan, China, dan berasal dari hewan-hewan yang dijual secara ilegal.

Virus sudah menyebar ke kota-kota di China seperti Beijing dan Shanghai, juga ke negara-negara lain termasuk Amerika Serikat, Thailand, Korea Selatan, Jepang, Australia, Prancis dan Kanada.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) pekan ini tidak menyebutkan wabah itu sebagai darurat kesehatan global, namun beberapa pakar kesehatan mempertanyakan apakah China bisa terus menahan penyebaran virus menular itu.

Artikel ini ditulis oleh:

Eko Priyanto