Apalagi, Fabby Tumiwa mengingatkan bahwa pertumbuhan perekonomian Indonesia selama beberapa tahun terakhir masih relatif stagnan, begitu pula dengan pendapatan PDB yang masih sekitar 3.500 dolar AS/kapita.

Belum lagi, ujar dia, permasalahan lainnya yaitu defisit neraca perdagangan yang semakin melebar yang juga salah satu sebab melebarnya defisit tersebut adalah karena impor BBM.

“Kita menarik impor BBM besar, tetapi kita menguranginya dengan ekspor batu bara (sebagai salah satu komoditas andalan ekspor Indonesia selain minyak kelapa sawit),” katanya.

Padahal, ia menyebutkan bahwa sebagian besar atau sekitar 90 persen dari konsumsi batu bara di tingkat domestik atau dalam negeri adalah untuk kebutuhan pembangkit listrik.

Sebagaimana diketahui, konsumsi listrik Indonesia meningkat sekitar 26 persen pada jangka waktu empat tahun terakhir, dari 812 kWh per kapita pada 2014 menjadi 1.021 kWh per kapita pada 2017.

Artikel ini ditulis oleh: