Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya

Jakarta, Aktual.com – Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mengatakan pihaknya telah melalui masa-masa sulit kebakaran hutan yang terjadi di Tanah Air.

“Kita pernah merasakan hurt (sakit), sadness (sedih), anger (marah) dan segala macam perasaan yang bercampur-aduk ketika itu. Namun hasilnya sekarang bisa kita rasakan bahwa kebakaran hutan di Indonesia telah dapat dikelola dengan baik oleh semua pihak, dibawah kepemimpinan langsung Presiden Jokowi,” ujar Siti di Jakarta, Selasa.

Dia menjelaskan pascakarhutla dahsyat pada 2015, pemerintah mengambil langkah-langkah cepat seperti penghentian sementara atau moratorium lahan gambut, memperkuat penegakan hukum, melibatkan semua pihak termasuk dunia usaha dalam hal pengendalian karhutla, dan banyak usaha lainnya.

Hasilnya cukup signifikan, dari 2016 hingga 2018, Indonesia berhasil menghindari karhutla secara nasional, setelah sebelumnya rutin terjadi selama hampir 20 tahun. Bahkan Indonesia berhasil menjadi contoh bagi dunia internasional, dalam upaya penyelamatan lahan gambut.

“Tentu saja kontribusi langkah dunia usaha sangat signifikan dan sangat penting. Terima kasih atas kerja sama yang baik meskipun cukup rumit kita lewati, sampai-sampai harus ke PTUN, Mahkamah Agung dan demo-demo lapangan”.

Negara-negara lainnya Menteri Siti Nurbaya lantas membandingkan persoalan karhutla yang kini justru sedang dihadapi oleh banyak negara lainnya di dunia. Contohnya saja Amerika Serikat, yang sedang menghadapi Karhutla dahsyat di California, yang terus meluas hingga lebih dari 80 ribu hektare hutan terbakar, dengan 23 orang korban tewas berdasarkan laporan terkini.

“Kita berterima kasih kepada Tuhan, Indonesia telah melalui masa-masa sulit kebakaran hutan dan lahan dengan baik. Saya berharap, tahun 2019 dan seterusnya jangan ada lagi masa-masa sulit karhutla, karena implikasinya yang cukup berat, bagi masyarakat, bagi kita semua dan juga bagi Indoensia sebagai negara anggota di dunia internasional,” tambah dia.

Selain itu dikatakan Menteri Siti Nurbaya, sektor industri kayu atau hutan telah memberi sumbangan besar dalam struktur ekonomi dan PDB.

Secara keseluruhan sumbangan sektor kehutanan dalam PDB Nasional didominasi kayu, meningkat dari tahun 2014 ke tahun 2017. Dari Rp74,6 triliun tahun 2014, menjadi Rp82,3 triliun tahun 2015, dan Rp87,4 triliun tahun 2016, serta Rp91,6 triliun di tahun 2017.

“Pada 2018, sebagai informasi bahwa kontribusi pada PDB sebesar Rp47,2 triliun pada Triwulan II hingga akhir Juni 2018,” ungkap Menteri Siti Nurbaya.

Ia kembali mengulang harapan Presiden Jokowi, bahwa kegiatan industri kehutanan yang dikelola kelompok masyarakat kiranya dapat terus berkembang tidak hanya dalam skala kecil, karena hasilnya sudah tampak nyata dan cukup baik.

“Saya optimistis bahwa harapan itu makin nyata, mungkin dalam tahun ini, atau dua-tiga tahun lagi. Kita sedang bekerja keras untuk itu,”tegas Siti Nurbaya.

Salah satunya untuk menyejahterakan rakyat melalui program Perhutanan Sosial. Karena tercatat sekitar 25.863 desa berada di dalam dan sekitar kawasan hutan. Melalui Perhutanan Sosial, masyarakat kini diberi akses legal ikut mengelola hutan secara lestari.

Per tanggal 12 November 2018, realisasi Perhutanan Sosial telah mencapai 2,173 juta ha, yang dialokasikan bagi 497.925 KK. Capaian ini memberi pengaruh pada terbukanya lapangan kerja bagi masyarakat.

Saat ini berbagai langkah koreksi dan kerja sama semua pihak, telah membawa hasil positif. Seperti sumber bahan baku semakin baik dengan adanya program perhutanan sosial, konflik tenurial yang semakin berkurang, dan inovasi baru yang sudah mulai terbangun baik oleh masyarakat didukung aktivis, dunia usaha, dan pemerintah untuk hutan lestari.

Langkah korektif pemerintah dengan kebijakan pengelolaan hutan lestari yang berkeadilan ini, kata Menteri Siti Nurbaya, merupakan bentuk nyata kehadiran negara dalam menyelesaikan permasalahan kehutanan dan entitas bisnis dalam menjalankan usahanya.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Teuku Wildan