Nusa Dua, Aktual.com – Indonesia menjadi tuan rumah Asia Pacific Union (ABU) ke-53 yang dihelat di Nusa Dua, Bali, Senin 24 Oktober 2016. Menteri Komunikasi dan Informatika (Menominfo) Rudiantara mewakili Presiden Joko Widodo membuka acara tersebut.
Menurutnya, suatu kebanggaan Indonesia kembali menjadi tuan rumah forum dengan 69 anggota itu.
“Ini kali kedua Indonesia jadi tuan rumah, tentu ini suatu kebanggaan,” kata Rudiantara di sela acara tersebut, Senin (24/10).
Tantangan yang dihadapi oleh ABU utamanya broadcaster di Asia ini adalah masalah global dunia. Hal itu di antaranya adalah masalah kemiskinan, human traficking, migran, perang dan lain sebagainya.
Beruntung, Indonesia tidak mengalami masalah seserius sebagaimana negara-negara lain rasakan. Lantaran hal itu pula, pengalaman Indonesia atas bagaimana mencegah isu-isu tersebut itu bisa di-share, bisa dibagikan kepada anggota ABU lainnya. Soal target Indonesia pada acara tersebut, Rudiantara mengaku Indonesia menarget menjadi anggota coucil.
“Anggota council itu 20 dari 69 negara,” harapnya.
Selain itu, Rudiantara mengatakan perkembangan teknologi yang begitu massif mau tak mau membuat sejumlah lembaga broadcasting dan penyiaran memutar otak. Sebab, teknologi tak bisa dihindarkan. Imbasnya, terjadi peralihan besar dari media konvensional ke arah perkembangan media yang memanfaatkan kemajuan teknologi.
“Secara teknologi tidak bisa dihindari lagi. Dari media cetak beralih ke media elektronik, televisi maupun radio,” jelasnya.
Ia melanjutkan, dahsyatnya teknologi mampu mengancam keberadaan media konvensional.
“Radio dan televisi sekitar 120 tahun lalu mereka mulai muncul. Sementara cetak sejak 2 abad yang lalu. Tetapi dengan masuknya internet 20-25 tahun yang lalu, itu merubah drastis lanskip dari broadcasting, terutama di Indonesia,” papar Rudiantara.
Saat ini orang lebih banyak memiliki handphone ketimbang televisi atau radio di rumahnya. Dan, sekarang boleh dikatakan streaming itu lebih murah, lebih berkualitas menggunakan small screen dibanding large screen.
Jadi, tidak bisa tidak, dengan adanya teknologi digital ini akan berpindah semua. Namun demikian ada ceruk pasar, segmen pasar khusus yang tidak terlalu besar yang harus dilayani oleh mereka (radio), khususnya RRI.
Itu sebabnya pemerintah tengah mengatur digitalisasi penyiaran yang tengah dituangkan dalam revisi UU Penyiaran yang saat ini akan mulai masuk pada pembahasan. “Pemerintah saat ini masih menunggu draft dari DPR RI,” tutup dia.
*Bobby
Artikel ini ditulis oleh: