Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo melihat buah durian siap ekspor saat kegiatan pelepasan ekspor komoditas pertanian asal Sumut di Medan, Sumatera Utara, Kamis (20/2/2020). Sebanyak 28 komoditas pertanian unggulan Sumut seperti daging durian beku, biji kopi, sarang burung walet, arang kelapa, minyak kelapa sawit dan kemenyan senilai Rp79,6 miliar itu diekspor ke 28 negara. ANTARA FOTO/Septianda Perdana

Jakarta, Aktual.com – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengharapkan kalangan petani milenial mampu menjadi tumpuan pembangunan pertanian bagi kekuatan perekonomian nasional, menciptakan lapangan kerja bagi penduduk pedesaan, dan mengurangi kemiskinan.

Selain itu, kata Menteri sebagaimana disampaikan oleh Humas Polbangtan Bogor para petani milenial juga diharapkan bisa mengikuti perkembangan zaman dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kementerian Pertanian, katanya, mendorong pembangunan pertanian agar dapat memberikan kontribusi yang lebih besar dan menjadi tumpuan kekuatan perekonomian nasional.

Untuk itu, menurut SYL, panggilan akrab Syahrul Yasin Limpo, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas, andal, serta berkemampuan manajerial, kewirausahaan, dan organisasi bisnis, sehingga pelaku utama dan pelaku usaha di sektor pertanian akan mampu membangun usaha tani yang berdaya saing tinggi.

“Salah satu upaya untuk meningkatkan SDM Pertanian khususnya pelaku utama dan pelaku usaha adalah melalui kegiatan pendidikan vokasi,” katanya, Selasa (7/9).

Mentan SYL mengatakan, Polbangtan sebagai pelaksana pendidikan vokasi merupakan pabrik pencetak generasi milenial, harus terus melakukan inovasi sebagai modal mahasiswa ketika terjun ke masyarakat.

Sementara itu Dosen Prodi Teknologi Mekanisasi Pertanian Polbangtan Bogor Momon Rusmono mengatakan, salah satu bentuk sarana peningkatan kualitas SDM, Polbangtan Bogor menekankan penguasaan dan pemanfaatan iptek melalui inovasi dan teknologi menjadi keharusan dalam upaya meningkatkan kapasitas produksi, produktivitas, dan daya saing.

“Inovasi dan teknologi pertanian yang efisien akan mempercepat proses adopsi inovasi oleh petani, sehingga muatan teknologi dalam produk pertanian semakin meningkat dan daya saing menjadi kuat,” katanya.

Selain itu, inovasi dan teknologi diperlukan dalam pengembangan produk untuk meningkatkan nilai tambah, diversifikasi produk, dan transformasi produk sesuai dengan preferensi konsumen.

Momon menambahkan, pembinaan kelembagaan petani pun perlu dilakukan untuk meningkatkan peran serta petani dan anggota masyarakat, penumbuhan kerja sama antarpetani dan pihak terkait lainnya, serta penerapan sistem agribisnis.

“Kelembagaan petani diharapkan dapat membantu menggali potensi, memecahkan masalah usaha tani, dan kemudahan mengakses informasi, pasar, teknologi permodalan dan sumber daya lainnya,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid