Oleh: Dr. KH. Atabik Luthfi, Lc, MA

Jakarta, aktual.com – Takwa merupakan titel tertinggi bagi orang-orang yang beriman dalam semua proses penghambaan di sisi Allah swt. Sesuai dengan penegasan di surat Al-Hujurat: 13 bahwa orang yang paling mulia adalah orang yang paling bertakwa.

إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ

Semua amal shalih yang dijalankan oleh orang beriman pada hakikatnya dalam rangka mencapai ‘takwa’. Tercapainya gelar takwa menjadi jaminan dilayakkan masuk surga. Karenanya, semua ayat yang menyebut ‘Orang-orang bertakwa’ selalu diakhiri dengan surga. Misalnya firman Allah swt,

إِنَّ ٱلۡمُتَّقِینَ فِی جَنَّـٰتࣲ وَنَعِیمࣲ

“Sesungguhnya orang-orang bertakwa akan berada di dalam surga dan kenikmatan”. (QS. Ath-Thur: 17)

إِنَّ ٱلۡمُتَّقِینَ فِی جَنَّـٰتࣲ وَنَهَرࣲ

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa, ditempatkan dalam taman-taman Surga (yang indah) dan (dekat) beberapa sungai”
(QS. Al-Qamar: 54)

Jaminan surga yang disebutkan secara langsung di berbagai ayat Al-Qur’an mengisyaratkan bahwa orang bertakwa sudah menyelesaikan amal ibadah dengan sebaik-baiknya. Maka layak meraih surga. Sedang orang beriman masih diuji dengan berbagai amal ibadah untuk mencapai derajat takwa.

Ramadhan sebagai bulan agung merupakan alokasi waktu utama untuk seseorang mengisinya dengan berbagai jenis amal kebaikan, sehingga memudahkan baginya meraih predikat takwa. Allah swt berfirman di awal ayat puasa yaitu Surat Al-Baqarah: 183,

یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَیۡكُمُ ٱلصِّیَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِینَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ

“Wahai orang-orang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa”.(QS. Al-Baqarah: 183)

Frasa di akhir ayat ‘agar kalian bertakwa’ menjadi tujuan atau target pelaksanaan amal ibadah sepanjang bulan Ramadhan. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Allah swt berkenan membuka pintu-pintu surga, menutup pintu-pintu neraka, serta membelenggu setan.

قَدْ أَتَاكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ كَتَبَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صَيَامَهُ فِيْهِ تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَانِ وَتُغْلَقُ أَبْوَابُ الجحيم, وَ تُغَلَّ فِيْهِ الشَّيَاطِيْنُ, فَيْهِ لَيْلَةٌ أَبْوَابُ خَيْرٌ من ألف شهرد مَنْ حَرَّمَ خَيْرَهَا فَقَدْ

“Sungguh telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Allah mewajibkan kepada kamu sekalian untuk berpuasa. Pada bulan itu pintu-pintu surga dibuka dan pintu neraka Jahanam dikunci, dan setan-setan dibelenggu. Pada bulan itu ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Maka siapa yang tidak berusaha untuk mendapatkan kebaikannya, maka luputlah semua kebaikannya.” (HR. Muttafaq ‘Alaih)

Imam Nawawi dalam kitab syarah Muslim memahaminya dalam konteks semangat dan kemudahan beribadah. “Hadits ini mengisyaratkan bahwa Allah SWT memberi beragam kesempatan beramal bagi para hambaNya. Seperti puasa Ramadhan hingga shalat tarawih, serta infak, sedekah dan beragam amal-amal sunnah lainnya.

Penumbuhan dan peningkatan derajat takwa pada akhirnya menjadi parameter tertinggi dalam menjalankan semua aktifitas kebaikan, khususnya di bulan Ramadhan. Sehingga semuanya menjadi spirit untuk melakukan peningkatan berbagai aspek kebaikan, yang diakumulasi menjadi variabel-variabel takwa.

(Yakesma)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Rizky Zulkarnain